Jumat, 16 September 2011

Sosiologi dan Pengaruhnya bagi Gereja
            Nama: Apolinaris Dari Bani (0609042000046)

Ungkapan “No man is Island” mau mengatakan bahwa manusia diciptakan untuk hidup bersama. Masyarakat muncul karena digerakan oleh kesadaran akan saling melengkapi. Kesatuan masyarakat terbentuk karena kompleksitas hidup dimana masing-masing pribadi mempunyai keunikannya dalam membangun perilaku social (social behavior). Sosiologi lahir sebagai suatu ilmu untuk menjawabi kompeksitas sosietas dalam masyarakat yang mengalami perubahan. Dalam kehidupan sosietas, proses social menjadi tolak ulur dari kualitas hidup masyarakat. Fenomena perkembangan masyarakat,mengindikasikan munculnya  peneliti sosial yang berusaha untuk memahami dan mengkritisi situasi sosial kemudian melahirkan pemikiran yang kritis akan sosietas. Sosiologi lahir pada abad 19 yang dipelopori oleh Aguste Comte sebagai respon dari tantangan modernitas. Pada masa-masa itu masyarakat mengalami reformasi baik dalam bidang teknologi tetapi terutama karena perubahan yang terjadi dalam tataran sosial kemasyarakatan. Maka muncul para penulis teori-teori dasar seperti Karl Marx, Max Weber, Emile Durkheim. Faktor yang mendukung lahirnya sosiologi lebih diarahkan pada usaha untuk meningkatkan kesejateraan masyarakat pada umumnya. Karl Marx lahir dengan pemikirannya dan komunisme untuk menjawabi situasi ketidakadilan yang muncul pada zamannya. Pembagian kelas sosial mengakibatkan ada penyelewengan terhadap kelas tertentu. Dan hal ini dalam bahasa Mills diungkapkan sebagai “Imajinasi social” yaitu suatu usaha untuk mengatur diri (self management) sambil mengintegrasikan dengan nilai-nilai social sehingga melahirkan perilaku dan sikap-sikap social yang menuju kesejateraan sosial. Sosiolagi sebagai suatu ilmu mempunyai kedudukan yang penting diantara ilmu-ilmu yang lainnya. Sosiologi mempelajari unsur-unsur kemasyarakatan secara umum. Yang  membedakan ilmu sosiologi dengan ilmu lain yaitu sosiologi bertitik tolak dan memfokus diri  dalam usaha mempelajari unsur-unsur modern yang terjadi dalam perkembangan masyarakat. Sebagai ilmu, sosiologi mempunyai metode penelitian dalam mengumpulkan data-data sosial agar dapat melahirkan suatu konsep yang dapat diterima secara umum seperti yang diperkenalkan oleh Max weber dengan metode Versthen yaitu suatu cara untuk memahami kebudayaan asli berdasarkan pokok-pokok pikiran yang dianutnya. Dan metode ini berkembang menjadi metode  Quantitative dan Qualitative suatu penelitian yang menekankan jumlah dan banyaknya. Metode ini kemudian digunakan dalam penelitian sosiologi selanjutnya.
            Akhirnya Sosiologi mempunyai sumbangan bagi Gereja dalam tugas pastoral. Memahami suatu masyarakat sambil mempelajari gejala-gejala perubahan yang terjadi didalamnya menjadi tuntutan yang penting agar Gereja mampu berpastoral dengan baik. Metode sosiologi membantu untuk dapat  mengenal masyarakat dimana Gereja harus mampu untuk masuk dalam budaya. Gereja disatu pihak berurusan dengan hal-hal rohani tetapi dipihak lain masuk dalam dimensi social. Fenomena sosial yang terjadi  Gereja dewasa ini seperti realitas kaum mudah katolik yang tidak lagi ke Gereja menjadi perhatian yang amat serius. Disatu pihak perubahan ini mesti diakui tetapi dipihak lain harus menjadi tuntutan bagi tugas pastoral agar dapat menemukan metode yang tepat agar gejala ini tidak berlanjutan. Dengan bersosiologi, Gereja pertama-tama menyadari akan gejala ini dan selanjutnya Gereja dituntun dengan suatu metode sosiologi misalnya melakukan sosialisasi atas nilai-nilai kristiani bagi kaum remaja dewasa ini.


DINAMISME KEBUDAYAAN
            Nama: Apolinaris Dari Bani (0609042000046)

Kebudayaan lahir sebagai konsekwensi lanjut dari kehidupan bersama. Proses sosialisasi dan internalisasi dalam masyarakat yang melahirkan cara berpikri dan bertindak bahkan cara mengembangkan peerasaan yang mengikuti pola tertentu yang suatu pola yang disepakati bersama dan dilestarikan eksistensinya kemudian melahirkan kebudayaan. Bagi Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi kebudayaan diartikan sebagai suatu hasil karya (segi materiil), rasa dan cipta (segi spiritual) masyarakat. Kebudayaan ini kemudian dibekukan karena setiap anggota masyarakat sadar akan eksistensinya sebagai makluk social. Kebudayaan disatu pihak bersifat stasis tetapi dipihak lain bersifat dinamis. Setiap budaya memiliki keontentikan nilai dalam penghayatan hidup sosial yang amat hakiki yang menunjukan kekayan dari budaya tersebut. Sifat statis yang dimiliki budaya juga mau mengungkapkan bahwa disatu pihak budaya menerima perubahan tetapi dipihak lain mempertahankan nilai-nilai mendasar yang dimiliki oleh budaya tertentu. Setiap budaya berusaha untuk mempertahankan aneka macam warisan ynag menjadi unsur pemersatu. Norma-norma yang ada dalam budaya sifatnya memaksa dalam rangka untuk meningkatkan kesadaran sosial. Dinamisme kebudayaan ini amat menentukan perkembangan suatu kebudayaan. Dinamisme kebudayaan mengisyaratkan akan keterbukaan budaya tertentu dalam menerima perubahan sosial yang terjadi. Setiap kebudayan mengalami perubahan yang kontinyu yang memberi dampak kemajuan dan sekaligus kemunduran bagi budaya tertentu jika bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Kemajuan suatu budaya juga diukur dari pola berpikir dan bertindak yang bergerak dari pola pikir primitive ke dalam pola pikir modern. Disinilah peran sosiologi yang berusaha untuk meneliti dan mempelajari kebudayaan. Budaya Timur dan Barat memberikan perbedaan yang jelas bahwa budaya Timur lebih menekankan soal perasaan sedangkan budaya barat menjadikan rasio sebagai tolak ukur. Perbedaan seperti ini juga mempengaruhi cara berpikir dan bertindak. Dinamisme kebudayaan itu lahir karena adanya pertemuan budaya seperti ini yang berusaha untuk dapat saling menyesuaikan nilai-nilainya sambil mengharapkan adanya nilai baru. Kepribadian suatu budaya sangat ditentukan oleh pola perilaku manusia. Kepribadian menjadi latar belakang perilaku yang ada dalam diri setiap individu untuk dapat mengktualisasikan nilai yang terkandung didalamnya. Dinamisme kebudayaan ini kadang disalah artikan dengan upaya untuk menghilangkan semua nilai-nilai budaya yang terkandung didalamnya. Manusia dewasa ini kadang melihat budaya sebagai suatu yang primitive yang merupakn peninggalan masa lalu. Bertolak dari pandangan inilah segala nilai-nilai budaya hanya dijadikan tameng untuk memanipulasi nilai-nilai baru yang muncul yang justru bertentangan dengan nilai luhur tersebut. Bangsa Indonesia memiliki beragam budaya  nilai-nilai  budaya yang kemudian disatukan dalam budaya nasional seperti tertuang dalam UUD dan Pancasila. Nilai-nilai budaya bangsa dewasa ini hanya dijadikan formalitas belaka dalam pelaksanaannya sehingga nilai budaya semakin pudar. Korupsi, terosime, dan sebagainya seolah-olah menggantikan kesan bagi bangsa yang dijuluki negara yang ramah dan menjunjung tinggi nilai-nilai budaya. Dinamisme kebudayaan ternyata membawa hal-hal buruk bagi bangsa Indonesia. Kita tidak sanggup untuk memiliki sikap selektif dalam mengakomodasi budaya-budaya lain. Kerbukaan terhadap perubahan tidak dimbangi dengan sikap nasionalisme yang kuat dan mendasar.


  
            Kesadaran akan Peran  Sosial dalam Maysarakat
                        Nama: Apolinaris Dari Bani (0609042000046)

Kesejateraan baik spiritual maupun material menjadi impian dari setiap warga masyarakat. Keamananan dan keharmonisan dalam maysarakat mau mengatakan bahwa manusia mencintai hidup. Orang yang hanya menginginkan perang adalah orang yang hanya mengandalkan keegoisan sembari mengejar popularitas diri. Realitas dunia dan masyarakat dewasa ini adalah realitas yang dipenuhi dengan persaingan dan kebencian yang berujung pada perang dan kematian Salah satu indikasi dari keegoisan manusia adalah kurang menghayati peranan sosial bagi setiap orang dalam kehidupan masyarakat dan dunia.
            Kepribadian sosial akan sangat jelas terpancar darimana seseorang menjalankan peranannya dalam masyarakat. Pola tingkah laku serta cara berpikir manusia menjadi cerminan dari peran hidup yang dilakoni seseorang. Seorang guru memiliki perananya sosial dalam mendidik para muridnya sehingga pola perilaku dan pola pikir akan dengan sendirinya diarahkan menuju peranan kependidikan dan pembinanan. Disamping itu pula status sosial dapat menentukan peranan sosial. Seorang yang berpredikat statusnya sebagai camat akan memainkan perananan sosialnya sesuai dengan status sosialnya sebagai seorang camat. Tidak mungkin tugas satpam dilakoninya. Hal ini melahirkan munculnya keanekaragaman peranan sosial dalam masyarakat. Realitas keanekaragaman ini tidak akan terlepas dari kehidupan masyarakat. Keunikan setiap orang menyumbangkan keharmonisan dalam hidup bersama. Seorang yang memiliki kemampuan memimpin akan dipilih menjadi pemimpin, seorang yang memiliki kemampuan dalam peetukangan  akan diarahkan dengan sendirinya untuk melakoninya dalam kehidupan sosial..
 Norma yang ada dalam masyarakat menjadi dasar untuk mengendalikan dan mengontrol peranan sosial masyarakat. Suasana masyarakat dewasa ini cenderung terlantar lantaran masing-masing anggota masyarakat tidak dapat memainkan peraannya. Peranan sosial yang diharapkan yaitu setiap masyarakat harus dapat secara sadar melakukan secara murni dan lengkap. Artinya bahwa perbedaan status sosial serta perbedaan lapisan masyarakat tidak menjadi ukuran akan kuat atau lemahnya peran sosial seorang. Seorang satpam tidak boleh hanya karena status sosialnya merasa lebih rendah dari kepala Lurahnya. Setiap orang yang menduduki status  sosial harus memiliki kesadaran akan peran sosial yang sama pentingnya. Kesadaran akan kesamaan martabat membawa manusia menyadari akan nilai kesatuan. Diskriminasi dan korupsi serta kejahatan lainnya itu muncul karena ada pihak tertentu dalam masyarakat merasa diri paling tinggi serta merasa diri memiliki kekuasaan mutlak akan orang lain.
Terhadap situasi seperti itu maka muncul suatu jalan yaitu sosialisasi. Sosialisasi menghantar setiap orang kedalam kebudayaannya. Masyarakat melakukan suatu rangkaian kegiatan tertentu untuk menjalankan seluruh sistem nilai budaya yang dimilikinya. Sosialisasi merupakan usaha dari setiap manusia untuk terus belajar dan sekaligus mewariskan nilai-nilai budaya yang menjadi pegangan hidup. Sebagai masyarakat yang berbudaya sebenarnya realitas kejahatan dan kekacauan itu tidak terjadi. Kesadaran akan belajar dan terus belajar menjadi kunci agar peranan sosial dapat berjalan dengan semestinya. Sosialisasi membawa manusia pada kesadaran bahwa kesejateraan dan keharmonisan dalam hidup akan terwujud bila manusia menyadari peran sosialnya. Proses sosialisai tidak akan pernah tuntas karena selalu ada nilai baru yang diterima dan juga nilai moral yang ada belum secara sempurna direalisasikan secara sempurna.





Pergerakan Kelompok Sosial
(Nama: Apolinaris Dari Bani, 0609042000046)

Dinamika hidup dalam masyarakat dengan beragam isi kualitas hidup memberi suasana yang dinamis terhadap perubahan struktur sosial. Setiap manusia memiliki apa yang dinamakan sense of society. Hal ini mau mengatakan bahwa tidak ada manusia yang berkendak untuk tidak ingin hidup bersama orang lain. Struktur hidup bermasyarakat ditandai dengan adanya sense of society. Suatu kelompok terbentuk baik yang bersifat sementara maupun permanen menunjukan bahwa setiap pribadi ingin agar dapat selalu hidup bersama dengan orang lain. Struktur yang ada dalam masyarakat memiliki landasan yang kuat dan terbentuk sejak manusia ada bersama.
Didalam masyarakaat selain terdapat stuktur sosial yang sifatnya umum (social organization) juga terdapat struktur sosial yang lebih kecil sebagai spesifikasi dari social organization. Dan didalam struktur sosial yang lebih kecil inilah setiap anggota dapat saling mengenal secara lebih mendalam. Bagi Cooley kelompok ini disebut sebagai kelompok primer, misalnya tim sepak bola, kelompok koperasi, Mudika dan sebagainya. Didalam ruang lingkup kecil seperti ini orang dapat saling mengenal, membangun kerjasama yang erat. Sedangkan didalam kelompok sekunder, orang hanya sekadar membangun relasi tanpa mempertimbangkan unsur kesatuan dan persaudaraan. Struktur sosial yang seperti ini akan membawa orang pada sikap egoistis dan hedonistis misalnya dalam usaha bisnis atau dalam Perusahan dimana antara atasan dan bawahan orang tidak dapat saling mengenal dan memahami satu sama lain
Kecenderungan dunia dewasa ini khususnya dalam masyarakat yaitu karena didasari oleh  sense of society ini maka orang membangun bermacam-macam kelompok sosial yang menciptakan suatu tatanan hidup yang sama sekali bertentangan dengan norma dan nilai yang terkandung didalam masyarakat. Fenomena terbentuknya kelompok anak-anak muda sekarang telah memberi rambu-rambu yang bernada miring. Disatu pihak kelompok seperti ini memiliki semangat reformasi dan sekaligus kreatif tetapi dipihak lain secara tidak langsung bertentangan dengan nilai-nilai budaya. Narkoba, seks bebas dan segala kejahatan lainnya muncul sebagai akibat dari menyimpangnya kelompok sosial seperti ini. Tidak adanya kepastian pengorganisasian dan kepemimpinan telah memberikan nada yang buruk bagi kelompok ini.
Kelompok sosial bukan hanya bersifat statis tetapi juga dinamis. Pada dasarnya kelompok sosial mengalami perubahan sebagai akibat dari formasi dan reformasi. Kedinamisan kelompok sangatlah relatif sebagai akibat dari pergerakan yang bertitik tolak dari situasi perubahan zaman. Dilain pihak fenomena munculnya kelompok-kelompok sosial baru yang bertentangan dengan dinamika hidup bermasyarakat masih dipertanyakan. Sikap selektif dan kritis harus dimiliki agar masyarakat tidak selalu melegalkan kelompok-kelompok yang muncul. Setiap kelompok sosial yang lahir selain memiliki semangat reformasi, inovatif tetapi juga harus tetap memiliki semangat kesatuan dan mempertimbangkan unsur kebaikan dalam hidup masyarakat serta membawa persatuan didalam kelompoknya. Konflik dan perpecahan serta hancurnya suatu kelompok sosial terjadi karena didalamnya setiap anggota tidak mampu untuk mempertahankan struktur sosial serta orisinalitas  kelompok. Kunci esksisnya suatu kelompok sosial yaitu adanya suatu sistem kepemimpinan dan ideologi yang tinggi. Ideologi membawa para anggota kelompok kedalam penghayatan nilai dan norma yang mempersatukan dan memanusiakan.

Kerumunan, Kelompok Sosial, Komunitas Sosial dan Institusi Sosial
(Nama: Apolinaris Dari Bani, 0609042000046)

Dalam fenomena sosial diuraikan empat golongan sosial antara lain kerumunan sosial, kelompok sosial, komunitas soial dan institusi sosial. Perbedaan dari keempat hal ini dilatarbelakangi oleh luas dan besarnya kebutuhan. Kerumunan sosial lahir dari suatu kumpulan yang tidak memiliki kadar kebutuhan yang sama. Kerumunan merupakan kumpulan yang sifatnya sementara tidak adanya kontinuitas dalam relasi serta tidak terorganisasi. Para penonton di Bioskop ataupun di lapangan bola kaki merupkan suatu kumpulan yang timbul sebagai akibat dari daya tarik yang sifatnya sementara. Sedangkan di dalam kelompok sosial kesatuan dijunjung tinggi serta memiliki stuktur sosial yang mengambil peranan sosial (social role). Kelompok sosial terbentuk karena setiap individu memiliki persamaan baik kepentingan, ras ataupun ideologi yang sama. Kelompok sosial dapat dibagikan dalam beberapa bentuk seperti kelompok besar-kecil, primer-sekunder. Pembagian ini juga ditinjau dari kebutuhan hidup dan ruang lingkup pergerakan kelompok.
Menarik bahwa didalam kelompok sosial terkandung kelompok yang dinamakan sebagai kelompok penekan (presure group), suatu kelompok yang lahir sebagai suatu gerakan perjuangan akan kekurangan dan ketimpangan yang terjadi didalam masyarakat. Gerakan feminisme khususnya di Indonesia dewasa ini merupakan suatu kelompok sosial besar yang mendapat sorotan  penting dalam memperjuangkan hak dan martabat kaum perempuan. Adanya perlakuan yang tidak adil terhadap kaum perempuan sehingga muncul kelompok sosial yang secara tidak langsung menekan baik pihak pemerintah maupun masyarakat untuk menegahkan keadilan bagi kaum perempuan.
Komunitas sosial juga menjadi bagian penting dalam fenomena sosial. Komunitas sosial ditandai dengan kesatuan yang teratur dan tetap serta memiliki wilayah teritorial yang jelas tetapi tidak mengandung regionalisme. Komunitas sosial dapat dibedakan menjadi komunitas pedesaan, perkotaan dan komunitas religius. Pengelompokan komunitas ini selain ditandai dengan perbedaan wilayah teritorial juga memiliki pengaruh modernitas dan serta tuntutan masyarakat. Wilayah pedesaan ditandai dengan suatu situasi yang masih jauh dipengaruhi oleh modernitas serta semangat kulturaal masih sangat nampak Sedangkan didalam masyarakat perkotaan selain memiliki heterogenitas penduduk dan memiliki pengaruh modernitas juga merupakan pusat kebudayaan. Masyarakat yang berasal dari latar belakang budaya berbeda-beda akan mempertahankan kekhasaan budayanya ketika dipertemukan dengan budaya lainnya. Bagi Cooley, pola kehidupan di kota merupakan pola kehidupan sekunder. Kadar kebutuhan masyarakat dikota berbeda-beda. Kehidupan perkotaan memiliki daya tarik tersendiri yang mengakibatkan adanya urbanisasi. Masyarakat lebih mengingini untuk hidup di komunitas ini karena memiliki daya tarik yang besar seperti hiburan, beragam lapangan kerja serta fasilitas kehidupan yang memadai.
Disamping itu juga terdapat institusi sosial yang muncul sebagai suatu organisasi yang tersusun rapi, punya peranan sosial serta memiliki relasi antara individu yang erat demi mencapai kebutuhan-kebutuhan sosial dasar. Ada banyak institusi yang muncul dalam masyarakat demi untuk menjaga dan memanjukan kehidupan. Institusi memiliki peran pengawas, pembina, pemerhati serta wadah untuk meningkatkan kesejateraan masyarakat.

Tingkatan Ekonomi
(Nama: Apolinaris Dari Bani, 0609042000046)

            Tanah menjadi ukuran kekayaan bagi Masyarakat Flores. Orang yang memiliki tanah luas yang dilengkapi dengan binatang peliharaan seperti sapi, kerbau dan kambing yang banyak adalah orang kaya atau orang yang berada pada lapisan atas. Sedangkan orang yang hanya bekerja di lahan dari pemilik tanah menempati kedudukan rendah. .
            Pembagian kelompok seperi ini mengakibatkan terbentuknya lapisan sosial. Tolak ukur Lapisan sosial asalah tingkat ekonomi. Kepemilikan tanah menjadi tolak ukur lama dalam tingkatan ekonomi pada masyarakat yang primitif. Lapisan sosial tidak akan terlepas dalam masyarakat. Tolak ukur pertama terjadinnya lapisan sosial terjadi dalam tingkatan ekonomi seperti kepemilikan tanah dan kekayaan. Dalam masyarakat modern ini, lapisan sosial terbentuk tidak lagi hanya melihat kepemilikan tanah semata karena masyarakat sudah memiliki kemampuan yang tinggi untuk maju dan berkembang. Kriteria baru yang muncul sebagai akibat dari kemajuan ialah kekuasaan, kehormatan dan ukuran ilmu pengetahuan.
Presiden Soeharto selain memiliki kekuasaan yang tinggi yaitu sebagai presiden juga memiliki harta yang banyak baik dari hasil korupsi maupun karena penghasilan murninya sebagai seorang kepala Negara. Dia juga memiliki kehormatan yang tinggi, dihormati oleh semua orang baik dalam negeri maupun luar negeri,sehingga pantas berada pada lapisan atas Seorang tukang becak dengan penghasilan yang sederhana, tidak memiliki kekuasaan yang tinggi apalagi kurang dihormati sehingga kedudukannya berada pada lapisan  bawah.
Lapisan sosial dibagi dalam tiga lapisan yaitu upper class, middle class, dan lower class. Masyarakat yang berada pada lapisan atas adalah masyarakat yang memiliki pendapatan diatas rata-rata. Masyarakat yang memiliki pendapatan rata-rata berada tingkatan ekonomi menengah sedangkan tukang becak yang memiliki pendapatan dibawah rata-rata berada lapisan  bawah. Pergerakan sosial didalam lapisan sosial ini terbuka untuk terjadi mobilisasi. Masyarakat yang berada pada lapisan atas memiliki kemungkinan untuk dapat turun pada lapisan menengah atau bahkan pada lapisan bawah, begitupun sebaliknya. Tetapi di beberapa tempat seperti India atau kebudayaan Hindhu, pergerakan sosial ini jarang terjadi karena didalamnya ada hukum-hukum yang mengikat yang tidak memiliki kebebasan untuk terjadi mobilisasi sosial.
Pergerakan sosial sangat bergantung prestise baik dalam hal pendidikan atau dalam hal kedudukan sosial. Orang yang memiliki kedudukan sosial yang tinggi sebagai akibat dari keberhasilan suatu usaha, atau karena jabatan tertentu sebagai akibat dari pendidikan yang tinggi terbuka kemungkinan untuk mengalami pergerakan sosial. Seorang anak tukang becak yang berjuang keras keras untuk belajar dan mencapi predikat studi yang tinggi dan kemudian menjadi seorang anggota DPR atau presiden akan mengalami pergerakan sosial yaitu menempati lapisan atas. Pergerakan ini disebut Achieved status yaitu kedudukan yang diperoleh sebagai hasil dari suatu usaha sedangkan Ascribed status itu merupakan kedudukan yang sudah dikondisikan misalnya karena anak seorang bangsawa atau lahir dalam keluarga ningrat. Akhirnya lapisan sosialharus terjadi dalam masyarakat khususnya dalan tingkatan ekonomi karena gejala tersebut sekaligus memecahkan persoalan yang dihadapi masyarakat yaitu penempatan indiidu dalamtempat-tempat yang sudah tersedia dalam struktur masyarakat dan mendorongnya agar dapat melaksanakan kewajibanya yang sesuai dengan kedudukan serta peranan sosialnya.     














Tidak ada komentar:

Posting Komentar