Jumat, 16 September 2011

PEMIKIRAN FILSAFAT CINA MASA KINI

PENDAHULUAN

            Selama abad yang lalu dan abad petengahan, pemikiran filsafat Cina, telah menetapkan dasar yang tepat untuk modernisasi. Perang candu (1840-1842) ketika Cina dikalahkan Inggris, menjadi tanda yang menentukan dalam sejarah pemikiran Cina. Invasi dan penaklukan oleh negara-negara barat selama awal abad ke 19 memaksa para filsuf Cina untuk mengevaluasi pemerintahan dan budaya mereka  lebih mendasar. Pertanyaan para filsuf adalah Apa yang salah dengan tradisi kita sehingga mengijinkan kekuatan bangsa asing untuk menaklukan dan menguasai cina dengan mudah. Tidak ada jawaban yang pasti. Beberapa pemikir menjawab karena tradisi kuno telah menjadi korup dan rusak dan perlu  diperbaiki.Yang lain membantah bahwa sikap dari pandangan yang lampau sebagai solusi dari persoalan kontemporer adalah akar persoalan itu sendiri. Beberapa pemikir mendesak untuk kembali ke barat, meminjam model pemikiran dan praktek yang telah memungkinkan barat menguasai dunia. Bagi pemikir ini, pertanyaan krusial adalah apakah ilmu pengetahuan dan teknologi dari barat dapat dipinjamkan dan dipindahkan ke kebudayaan tradisional Cina atau apakah program yang luas dari westernisasi  dibutuhkan untuk membuat negara cina modern.
            Perdebatan tentang apakah modernisasi Cina dapat didasarkan pada tradisinya sendiri atau apakah  dapat didasarkan pada tradisi barat dirangsang oleh sebuah kritik penetapan kembali pemikiraan tradisional dan keterbukaan untuk mempelajari barat. Bab ini mau menguji gambaran pemikiran pemikir-pemikir yang melanjutkan debat ini dan pengaruh situasi dan arah pemerintahan Cina abad 20.

K’ ang Yu- wei

            K’ang Yu Wei (1858-1927) mungkin lebih diketahui sebagai pemimpin dari reformasi 100 hari di tahun 1898. Tahun 1895, setelah Jepang mengalahkan Cina dalam perang sino-japanese pertama, K’ang mengorganisir intelektual muda dari 18 propinsi untuk memprotes perjanjian damai dengan Jepang. Kaisar mendesak untuk melawan dengan perubahan dari pada menyetujui pemintaan-permintaan Jepang, K’ ang bertemu dengan sukses awal (initial success), keyakinan kaisar mempersoalkan serangkaian edit untuk mencapai reformasi di tahun 1898. Perlawanan kepada reformasi dipimpin oleh permaisuri yang menjanda dengan kebebasan mereka setelah tiga bulan, meskipun demikian  K’ang telah melarikan diri ke kota. Ketika ia kembali di tahun 1912, dia menemukan dirinya memainkan peranan dalam politik konservatif yang bertentangan dengan partai demokrat dari Sun Yat-sen. Tahun 1918, K’ang menganjurkan untuk mengadopsi confusianisme sebagai agama negara, dan tiga tahun kemudian mengambil bagian dalam sebuah percobaan yang gagal untuk mengembalikan kaisar Hsuan-t’ung yang diturunkan dari tahtanya. Meskipun selama hidup ia berusaha untuk menaruh prinsip confusianisme ke dalam tindakan, tetapi akhirnya ia mengakhirinya dengan memperbaiki “jalan-jalan yang tua”, dia mulai sebagai pemikir revolusioner.
            Dasar untuk usaha perubahan K’ang ditetapkan melalui kemajuan sejarah filsafat  dan visi kemanusiaan  sebagai loncatan bersama dengan cinta yang universal, satu bentuk filsafat dari pendidikannya dalam kedua pemikiran yaitu barat dan cina tradisional. Pendidikan awalnya difokuskan pada Confusianisme, Budhisme, dan Taoisme. Akan tetapi pada usia ke 23; ia mulai membaca karangan penulis barat, Ia tertarik dengan ide tentang kemajuan, perubahan dan masyarakat ideal, ide-ide yang membakar ambisinya untuk mengubah masyarakat Cina dan membawanya mencari-cari parallel dalam pemikiran Cina tradisional. Ketika parallel itu tidak ditemukan, ia hanya mengarang-ngarang tentang mereka, seperti ketika ia menginterpretasi kembali teori perputaran Tung-Chung shu’s dari abad ke tiga sebagai sebuah teori perkembangan evolusi sosial, atau ketika dia menghadirkan confusius sebagai pemikir revolusi yang hanya tertarik dengan perubahan yang akan datang.
Teori K’ang tentang perkembangan sejarah, dihadirkan dalam komentarnya tentang Confusius yang mana ia mengklaim bahwa confusius tidak hanya benar menulis sejarah musim semi dan gugur, tetapi ia melakukan itu juga demi kemajuan yang progresif dirinya sendiri atau pandangan reolusioner tentang sejarah. Pelajar-pelajar cina memiliki anggapan tradisional bahwa sejarah adalah karya dari sejarahwan awal. K’ang memberi kesan yang sama bahwa Confusius merupakan pengubah sejarah yang menghubungkan legenda orang bijak Yao dan Shun dari milenium ke tiga. Karena confisius hidup pada  abad pertama, abad yang kacau, maka perlu baginya untuk menciptakan sesuatu yang dapat dijadikan contoh tentang perubahan dari cerita dongeng tentang kesalahan sejarah untuk membawa orang kepada perubahan. Hanya itu yang dapat meraka catat sebagai sesuatu yang khas untuk abad kedua, abad perkembangan damai dan akhirnya sampai abad ke tiga, abad damai yang penuh. K’ang mengatakan:
          Confusius lahir dalam zaman yang kacau. Hubungan sekarang ini diperluas dalam dunia yang luas dan perkembangan penting mengambil tempat di Eropa dan Amerika, dunia telah memasuki zaman berkembangnya damai. Akhirnya, ketika seluruh kelompok dalam dunia yang luas baik besar dan kecil, akan menjadi sama, ketika keberadaan satu bangsa berhenti, ketika perbedaan ras tidak diperpanjang dan ketika kebiasaan disatukan semua akan dijadikan satu dan zaman penuh perdamaian akan tiba. Confisius telah mengetahui semuanya ini sebelumnya.
           
Pandangan Kang tentang Confisius sebagai reformer memberikan kepadanya satu teladan bagi cita-citanya sendiri untuk mengubah masyarakat Cina. Kemajuan pandangannya tentang sejarah, kebijaksanaan seperti yang telah kita lihat, dari confusius menimbulkan keyakinan dan usaha pembaharuan yang akhirnya berhasil. K’ang membutuhkan pandangan filosofis tentang kodrat manusia dan masyarakat sebagai dasar dari perubahan. Dia juga menemukan dalam confusianisme pandangan yang istimewa dari confisius yang diungkapkan oleh Mencius: “benar bahwa manusia tidak dapat menanggung penderitaan dari orang lain, oleh karena itu perbuatanlah yang mengurangi penderitaan mereka”. Selanjutnya manusia mensharekan bahwa pokok cinta itu mulai antara orang tua dan anak, tetapi karena itu merupakan ciri-ciri yang universal dari kodrat manusia, dengan pemeliharaan yang teliti dapat diperluas untuk semua orang. Dalam masa kesatuan yang tinggi, cinta akan diperluas kepada semua ciptaan dengan sebuah kebajikan. Membangun prinsip bahwa pikiran tidak tahan melihat penderitaan orang lain adalah jen. K’ang melanjutkan bahwa kata jen disatu pihak berarti manusia dan di lain pihak berarti banyak. Jen berarti jalan manusia untuk hidup bersama. Jen mengandung arti daya tarik. Jen adalah kekuatan cinta. Jen adalah energi yang sungguh dasyat. Melihat dukungan dari visinya tentang kemajuan humanisasi melalui perubahan dan pemeliharaan, Kang meminta otoritas confusius; berkata:
   Confusius mengadakan rencana dalam tiga abad. Dalam abad Pertama- abad yang kacau, kemanusiaan tidak dapat diperluas lebih jauh dan karena itu orang hanya mengasihi orang tua mereka. Dalam abad berkembangnya damai, kemanusiaan diperluas kepada yang lain karena itu orang mengasihi semua orang. Dalam abad yang penuh damai, semua ciptaan membentuk satu kesatuan karena itu orang mencintai semua ciptaan sama baiknya.

Masa damai yang penuh merupakan inspirasi bagi visi K’ang untuk sebuah dunia impian, sebuah dunia yang ia sebut sebagai kesatuan penuh. Di sini pembagian golongan, bangsa, ras, jenis kelamin akan diatasi sehingga semua manusia merasakan kesatuan dalam sebuah keluarga tunggal. Menggunakan pemikiran Budis, Taoist, dan Barat maupun confusian, K’ang mengungkapkan pikirannya secara berlebihan mengenai visi yang penuh dengan khayalan yang pernah dihasilkan oleh seorang penulis Cina. Hal itu dipandang sebagai sangat radikal sehingga tidak dipublikasikan sampai tahun 1936, delapan tahun sesudah kematian K’ang. Menarik bahwa Mao Tse-tung menemukan visi ini dalam demokrasi komunisme, meskipun dia mengkritik K’ang karena kelemahan untuk melihat jenis perjuangan yang revolusioner diperlukan untuk mencapai masyarakat yang actual.

 

Chang Tung- Sun

            Dalam dekade terakhir dari abad 19 dan  tiga dekade pertama dalam abad 20, filsafat barat menjadi sangat populer di Cina. Para filsuf terkenal seperti Jhon Dewey dan Bertrand Russell diundang untuk memberi kuliah. Yang lainnya seperti Bergson dan Whithead, menjadi sorotan surat kabar dan perkumpulan. Kebanyakan karya filsuf klasik dan modern diterjemahkan ke dalam bahasa cina, menjadi mata kuliah dalam studi yang intensif. Dalam tahun 1920 dan 1930, muncul bahwa bagian filsafat dalam universitas Cina kemungkinan besar menjadi kantor cabang dari departemen filsafat Eropa dan Amerika yang luas. Meskipun ini tidak dijadikan -yang terutama karena bersamaan dengan kebangkitan kembali pemikiran tradisional dalam gambaran yang berbeda dan bentuk kekritisan diri pada satu pihak dan dan pengaruh pemikiran marxist di paihak lain- gelombang yang menarik di barat ini telah mempegaruhi perkembangan China modern.
Chang tung-sun 91886-1962) seorang filsuf yang sebagian besar belajar sendiri, seorang penafsir yang paling berpengaruh tentang pemikiran barat.Wing-tsit Chan mengatakan mengenainya “seorang yang telah memahami sebagian besar pemikiran barat, menetapkan sistem yang paling komprehensif dan terkoordinasi lebih  baik, dan telah mempunyai pengaruh terbesar antara para filsuf cina yang berkiblat ke barat, adalah -dan ini tidak bisa dibantah- Chang Tung-sung.
Pengaruh Chang dan pemahaman yang dalam tentang filsuf-filsuf barat.Dia menerjemahkan banyak teks barat ke dalam bahasa cina, termasuk karya Plato, Kant, dan Bergson. Teori pengetahuannya meskipun lebih terpusat pada Kant, menggambarkan juga pengaruh Russell, Dewey dan C.I. Lewis. Filsafatnya melampaui pemikiran dualis barat modern, yang berpegang pada kesatuan pengetahuan dan aksi dan kesatuan hakekat dan fungsi. Ini memungkinkannya untuk keluar dari problem kantian yang timbul dari pertentangan antara pengetahuan dan kehendak dan antara stuktur ketidakmampuan dari benda-benda dalam diri sendiri dan menentukan struktur dari proses kognitif. Banyak buku karyanya memperinci sintesis uniknya tentang pengetahuan modern dan tradisional ke dalam kodrat dari akal manusia dan proses-proses sosial, yaang dikombinasikan dengan pemahamannya tentang logika dan epistemologi modern.
            Meskipun minat Chang adalah dalam metafisika dan teori pengetahuan, sebagai orang yang dewasa ia menjadi lebih tertarik dalam masyarakat dan budaya. Kombinasi dari minat membawanya menghasilkan sebuah teori pengetahuan yang menekankan peranan minat sosial dan perasaan dalam proses mengetahui. Perubahan ini membawanya terbuka untuk filsafaf Marxist yang dia pertentangkan dengan keras dalam pertengahan tahun1930. Tentu saja, perhatiannya pada konsep sebagai produk dari proses sosial menuntunnya untuk melihat keperluan dari revolusi sosial yang terus berkembang di Cina. Hal ini membawanya untuk bergerak lebih lanjut ke kaum kiri, seperti Pertama kali menjadi anggota partai yang progresif, kemudian partai sosialis negara, dan setelah perang, perkumpulan demokrasi. Di tahun 1949 ia menjadi anggota komite pusat pemerintahan rakyat.
            Menurut Chang, orang menyatakan kebenaran pada sebuah ide ketika ide itu memenuhi kebutuhan sosial fundamental mereka. Ia memberi kesan bahwa orang telah menerima kebenaran tentang eksistensi Allah selama berabad-abad, karena tindakannya memberi mereka rasa kesatuan sosial, kekuatan yang mengatasi sikap yang memecahbelahkan dalam relasi sosial mereka yang konkrit.Dia mengatakan dalam bukunya tahun 1946, pengetahuan dan budaya; ketika masyarakat membutuhkan kekuatan sentripetal yang kuat dari pada kekuatan sentrifugal, beberapa teori atau ide harus muncul untuk menjaga kesatuan orang-orang sehingga mereka merasa bahwa pikiran mereka itu merupakan kebenaran.
Akan tetapi ketika orang-orang membutuhkan sebuah perubahan atau revolusi besar dari pada kebutuhan untuk persatuan atau berkumpul bersama, mereka akan menegaskan kebenaran tentang kebebasan atau individual atau golongan yang alamiah dari masyarakat, gagasan-gagasan yang melekat menggambarkan konflik sosial. Menurut Chang; kebenaran lebih diterima oleh orang-orang yang tidak membayangkan kodrat fisika dam metafisika dalam kenyataan, tetapi hanya diri mereka yang sungguh membutuhkan perasaan sosial. Ia mengatakan:
          Apa kita telah mengatakan tentang keprihatinan masyarakat begitu saja, tetapi untuk menunjukan bagaimana kondisi sosial direfleksikan dalam gagasan sehingga pembaca mungkin menyadari bahwa walaupun gagasan-gagasan yang kelihatan dangkal untuk menjadi  independen dan mewakili hokum-hukum logika, atau struktur alam semesta yang kita katakan, secara actual mereka dengan diam-diam mengontrol kebutuhan sosial. 

Hsiung Shhih-Li

Hsiung Shih-li (1885-1968) memikirkan usaha untuk menemukan dasar bagi modernisasi pemikiran tradisional orang Cina. Karakteristik filsafatnya mungkin sebagai neo-confusian, seorang idealis yang kreatif menginterpretasikan pemikiran neo-confusian, yang lebih banyak dalam semangat Wang Yang Ming. Tetapi juga menggambarkan secara kuat buku tentang perubahan dan sekolah buddisa Yogacara. Sekolah-sekolah modern cenderung memandangnya sebagai filsuf neo-confusian yang asli dalam zamannya, dan karya-karyanya  menjadi sangat berpengaruh dalam studi kontemporer pemikiran tradisional.
Hsiung seperti kaum intelektual muda di cina ketika kembali dari kota , memulai studinya dengan minat yang kuat dalam ilmu pengetahuan dan politik barat, melihat satu jalan yang mungkin untuk modernisasi cina dengan cepat. Karena beberapa alasan, dengan keyakinaannya bahwa cina yang baru harus didasarkan pada budaya tradisional, jika untuk bertahan lama, dia segera mengembalikan perhatiannya untuk penyelidikan tradisional. Awalnya ia belajar filsafat buddhis Yogacara, gambaran ini kembali ke filsafat India sebagai akarnya. Akhirnya ia menemukan dualisme yang melekat dalam sekolah buddhis India yang tidak cocok dengan pendiriannya tentang kesatuan kemanusiaan dan kodrat. Dia lalu kembali mempelajari buku tentang perubahan, yang menekankan tidak hanya kesatuan yang dalam dari kehidupan, tetapi juga proses alamiah dari realitas.
            Ketika dia membelokan perhatianya kepada filsafat kemanusiaan (jen) dalam wang yang ming dia menemukan bahwa konsep wang tentang original mind dan konsep budhis tentang Buddha- kodrat seluruh pemikiran, dikombinasikan memberikan sebuah dasar metafisika yang kokoh untuk kodrat manusia universal ditekankan oleh wang. Penekanan pada transformasi yang kekal dan terus menerus, ditegaskan dalam buku tentang perubahan memampukannya untuk melihat kodrat manusia dalam proses daripada substansi, menyediakan suatu dasar untuk perubahan dialektika kepemimpinan menuju kesempurnaan dan keharmonisan. Dalam jalan ini Hsiung telah mampu untuk memperkembangkan dasar filsafat cina modern dan kemajuan cina berdasarkan pemikiran tradisional yang mana dia mampu hadir sebagai alternatif pemikiran Marxis dan Lenin ditegaskan Mao tse tung.
            Hsiung adalah seorang profesor filsafat pada universitas Peking yang pertama kali menyusun ide-ide kefilsafatan, mengedarkannya sendiri di tahun 1932, dan dipublikaasikan di tahun 1944, sebuah doktrin baru tentang kesadaran. Dalam karya ini, dia memperkembangkan tiga ide sentral dan saling berhubungan. Pertama; kodrat eksistensi, yang Hsiung katakan sebagai substansi original, adalah perubahan yang tetap ; tidak berhenti menghasilkan dan melahirkan kembali karakteristik inti dari realitas. Kedua, dinamika perubahan yang diberikan oleh apa yang dia sebut sebagai closing dan opening,  perubahan terus menerus dari realitas awal. Opening adalah kecenderungan dari realitas untuk mempertahankan dan memelihara diri sendiri. Kecenderungan ini tampak dalam upaya orang-orang untuk menjadi penguasa atas diri mereka sendiri, bebas dari dominasi eksternal. Closing adalah tendensi kearah penemuan integrasi dan manifestasi dalam bentuk-bentuk yang khusus. Ketiga; realitas awal dan manifestasinya, substansi dan fungsi bukan pemisahan yang sebenarnya. Pada akhirnya, mereka dengan opening dan closing melihat perbedaan bentuk yang sederhana dari proses yang sama.
            Mengenai ide pertama, perubahan adalah kodrat dari eksistensi, Hsing mengatakan; jika kita mengatakan bahwa substansi original adalah itu yang dapat berubah atau perubahan yang terus menerus, kita harus menyadari bahwa perubahan yang terus menerus itu adalah berbentuk dan halus dalam sebuah pergerakan. Gerakan ini berlansung terus tanpa berhenti. Dia kuatir untuk membuat jelas realitass terakhir atau substansi orisinil, bukan satu benda partikular tetapi pokok dinamika yang melekat dalam seluruh benda yang memungkinkan mereka terus berubah. Dia menegaskan sekali lagi ketika ia mengatakan: kita harus menyadari bahwa substansi original bukan bentuk fisik maupun karakter, absolut, menyeluruh, murni, kuat dan dahsyat. Dalam keterangan konsep Closing, kecenderungan perubahan langsung mengarah ke suatu hasil baru, mengkonsolidasikan permulaan sampai ada yang diintegrasikan dalam perbuatan. Hsiung meneruskan:
   Bagaimanapun fungsi substansi orisinil menjadi banyak manifestasi, tak dapat dielakan bahwa ada yang kita sebut closing, tidak dapat dielakan bahwa itulah yang kita sebut closing. Closing ini mempunyai kecenderungan untuk menjadi  bentuk fisik dan bahan konkrit. Dengan kata lain, melalui proses konkrit individual closing, benda-benda menghasilkan bentuk fisik mereka. Seperti perubahan yang terus-menerus menunjukan dirinya sabagai sebuah kecenderungan untuk close, hal ini hampir harus  dimaterialisasi secara sempurna seolah-olah dia tidak akan memelihara dirinya sendiri. yang lengkap jika tidak memelihara kodratnya sendiri.
Bagaimanapun Closing, adalah satu aspek sederhana dari proses transformasi yang luas. Ketika seluruh proses ini diperinci secara analisa, kekuatan closing dapat dilihat dengan lebih jelas. Tetapi analisis ini juga menampakan sebuah kekuatan yang berlawanan, yang bekerja untuk membuka realitas kepada kodrat awalnya. Hsiung lebih lanjut mengatakan:
Bagaimanapun ketika sebuah tendensi untuk menutup yang timbul,  serentak timbul kecenderungan yang lain. Ia membangkitkan transformasi  yang terus menerus  sebagai dasar. Ia teguh, dapat berdiri sendiri, dan tidak akan merubah dirinya pada sebuah proses closing. Ini mau mengatakan tendensi ini bekerja di tengah closing, tetapi tetap merupakan dirinya sendiri, menunjukan keteguhan absolutnya dan menyebabkan proses closing mengikuti cara-cara kerjanya. Tendensi ini- kuat, erat dan bukan dimeterialisasi- disebut opening.
           
Opening dan closing seperti yin dan yang dalam pemikiran tradisional, menghadirkan fungsi dinamis realitas, polarisasi-polarisasi aktif transformasi yang tanpa berhenti. Kecendrungan-kecenderungan  ini bertanggung jawab atas kedatangan yang simultan  dan  penyebaran eksistensi yang memberi karakter hidup atas segala sesuatu yang ada. Ketika hidup dipadukan dengan aktivitas perubahan dari closing dan opening, ini menyeluruh dan kuat,  sebaliknya ini terbagi-bagi dan sifatnya lemah. Jadi Untuk menemukan jalan kemajuan manusia dan kemajuan sosial, adalah perlu untuk memahami proses opening dan closing yang mengontrol fungsi seluruh eksistensi.
            Sesudah perang , dengan pembentukan partai republik, Hsiung mengundurkan diri ke Shanghai, dia terus berpikir dan menulis selama dua dekade. Di sini dia menghasilkan karya Neo-confusian secara jelas yang dipublikasikan dalam tahun 1956 sebagai sebuah penyelidikan dalam confusianisme, dan juga perkembangan filsafat perubahan, dipublikasikan pada tahun 1961, sebuah karya yang dianggap sebagai pengganti doktrin baru tetang kesadaran tunggal.
Dalam penyelidikannya tentang confusianisme, Hsiung menekankan kesatuan dari substansi dan fungsi. Penjelasan lebih lanjut bahwa substansi berarti apa yang bermula dari realitas terakhir, dan bahwa fungsi berarti operasi universal dari realitas terakhir, Hsiung lebih lanjut menjelaskan bagaimana mereka itu identik namun berbeda. Ia memberikan analogi tentang air dan ombak yang menyusun laut, menunjukan bahwa air itu satu dan ombak itu banyak. Ombak, disamakan dengan fungsi dari air, dapat dibedakan satu dengan yang lain dan dari kedalaman yang sangat dari laut. Namun semuanya hanya air, substansi yang asli. Dengan analogi dia, dia mengatakan
   Karena kita mengatakan bahwa operasi yang umum dari substansi yang asli adalah fungsi tertinggi. Melalui fungsi berarti mengpat substansi ke dalam fungsi, dan  substansi berarti karakter yang sejati dari fungsi. Karena tiu substansi dan fungsi adalah sesuatu yang mendasar. Akan tetapi walaupun mereka satu namun dalam analisis terakhir mereka tidak dapat dibedakan, dalam operasi umum bentuk fisikmyang terukur, mengingat substansi yang asli dari operasi yang asli bukan bentuk fisik tetapi lebih tersembunyi dan tidak kentara dan sulit untuk diketahui.
            Dalam bagian Kedua dari bukunya, Hsiung membangun sebuah dialog untuk mengklarifikasi posisinya pada kesatuan substansi dan fungsi. Penanya, menyetujui bahwa ajaran sentral dari buku tentang perkembangan substansi pada saat yang sama adalah fungsi dan fungsi pada saat yang sama adalah substansi. Lebih lanjut ia bertanya, apakah ini berarti “ten thousand things” (semua eksistensi yang konkrit) adalah fungsi sederhana dari substansi yang asli? Hsiung menjawab bahwa semua eksistensi yang konkrit dan fungsi yang tertinggi itu tidak dapat dipisahkan. Dia lebih jauh mengatakan bahwa jika produksi berarti sesuatu yang baru dan berbeda masuk ke dalam eksistensi, Ten thousand things tidak dapat dipikirkan sebagai hasil, karena mereka tidak dapat dipisahkan dari fungsi tertinggi dari substansi yang asli. Menuntut bahwa benda dan fungsi pada akhirnya tidak berbeda, dia melanjutkan ; dengan meletakan perbedaan, kodrat diri yang konkrit dari ten thousand things terdiri atas fungsi tertinggi yang bekerja terus menerus dalam cara yang sangat hidup dan dinamis. Dapatkah mereka dan fungsi tertinggi dapat dikatakan menjadi satu?
            Penanya bermaksud menegaskan bahwa doktrin Hsiung ini jelas berbeda dari hal-hal konkrit; pada akhirnya segala-galanya adalah sama, fungsi tertinggi dari substansi yang asli adalah satu, maka ten thousand things akan menyingkirkan seluruh diri mereka sendiri. Mengapa demikian? Alasannya adalah jika ten thousand things hanya meniru perubahan bagaimana mereka dapat memiliki diri yang independen?
            Jawaban Hsiung yang benar, menuntut bahwa proses perkembangan yang teru menerus kita sebut ten thousand things bukan di luar atau terpisah dari fungsi tertinggi dari substansi yang asli, tetapi membangun fingsi universal dari substansi. Fungsi tertinggi bukan sebuah tambahan pada fungsi dari hal-hal yang konkrit. Kembali kepada analogi ombak dan air laut Hsiung mengatakan:
               Banyak ombak berbentuk. Apa yang kamu pikirkan bahwa air di luar ombak? Atau contoh yang lain, sebuah aliran air yang deras yang pecah dengan keras, dengan ribuan dari pukulan tetesan-tetesan putih dan jatuh. Apa yang kamu  pikirkan bahwa mereka diluar aliran air yang deras? Silahkan berpikir kembali. Ten thousand things menyatakan diri mereka dan terlihat menjadi satu obyek individu, tetapi kodrat diri mereka terdiri dari fungsi tertinggi yang berhubungan tanpa berhenti.

Aplikasi teori perubahan ini yang menuntut identitas  substansi dan fungsi, untuk mengkonkritisasikan keadaan manusia dan sosial, Hisung menyokong masyarakat yang terorganisir secara umum.Dia menekankan implikasi dari penegasan confusian pada perkembangan garis-garis kebijaksanaan tanpa dinasti yakni untuk mengatasi kecenderungan  egosentris kumpulan individu dan kelompok  terasing satu sama lain, dan untuk membangun praktek memperlakukan semuanya secara sama, fungsi kemanusiaan seseorang dibangun sebagai petunjuk. Prinsip confusian: “memperlakukan semua ayah sebagai  ayahnya sendiri  dan memperlakukan semua anak sebagai anaknya sendiri”, jika ditampilkan dalam praktek, akan menghapus golongan yang berkuasa dan golongan yang rendah dan menggantikannya dengan dasar umum yang berperikemanusiaan. Karena tuntutan hokum Hsiung(li) bagaiman pun, pokok dialektik dari yang umum ini berbeda dengan dialektika materialistic Marxist. Filsafat social Hsiung sama seperti confusius dan Wang Yang-ming  berakar kuat dalam kemanusiaan(jen). Kunci terakhir untuk kemajuan social dan perkembangn manusia bukan perubahan ekonomi tetapi perkembangan moral. Menurut Hsiung hanya dengan perkembangan inti kemanusiaan seseorang dan ungkapan luarnya dapat terjadi perubahan ekonomi dan politik.  

Fung Yu-Lan

Fung Yu-lan dikenal dengan baik di barat karena dua volume klasik Sejarah filsafat cina dan Semangat filsafat cina. Dia adalah seorang figur internasional yang tamat dari universitas Peking dan Columbia, dan mengajar pada universitas di Hawai dan sebagaiman di Cina. Sesudah mendirikan partai republik , Fung seorang professor pada universitas peking, dengan sangat antusias ikut terlibat dalam usaha maoist untuk mengubah politik dan ideologi, dalam kirtik diri yang sangat menarik untuk membasmi ide borjuisnya sendiri dan untuk menampilkan contoh yang baik  untuk kaum intelektual cina yang lain. Akhirnya dia menjadi pendukung dari pemikiran Mao Tse tung dan pengkritik cina terkenal dari confusius selama gerakan anti confusian pada awal 1970. Pada waktu ini, ia adalah seorang consultant intelektual untuk isterinya Mao, Chiang Ch’ing dan temanya, kelompok yang kemudian hadir untuk disebut “empat geng”. Secara singkat setelah kematian Mao tahun 1976, Chiang dan kelompoknya jatuh dalam kekuasaan dan dipermalukan di depan umum, sesuatu yang memalukan yang dialami Fung, penghinaan terakhir membawanya kepada karir kefilsafatan yang briliant

            Perkembangan kefilsafatan Fung dapat ditemukan melalui serangkaian tahap-tahap, dari pemikiran tradisional ke pemikiran Maoist radikal. Dalam tahap awali yang berakhir dengan kembalinya dia ke cina sesudah memperoleh Ph.D.nya dari kolumbia tahun 1923, Fung menaruh perhatian pada filsafat confusian dan sibuk dalam studi yang serius tentang aliran ini dalam usaha untuk menemukan rumusan filsafat modern dari pengetahuan dan kebijaksanaan dari tradisi confusian.
            Hasil yang diproleh dari tahap awal ditemukan tulisaan awalnya, yang menjadi ciri awal dari tahap kedua. Di sini dia mencoba menengahi pertentangan antara mereka yang menolak tradisi yang menyokong pengetahuan modern dan mereka yang menganjurkan bahwa dasar metafisika tradisional dibutuhkan untuk mengadopsi pengetahuan dan teknologi dari barat. Pendekataan fung  menggunakan filsafat pragmatik yang telah dia pelajari di Kolombia, menganjurkan bahwa kebenaran ilmiah dan moralitas manusia keduanya ditarik dan diuji dari tindakan. Bukunya philosophy of life (filsafat kehidupan) adalah ekspresi perkembangan tahap kedua ini, di mana dia memperkembangkan sebuah perbandingan perspektif filsafat timur dan barat.
            Dalam tahap ketiga; Fung kembali ke studi global tentang filsafat cina, menghasilkan dua volume buku tentang sejarah filsafat cina yang diakui secara luas. Sementara itu karya ini sebagian besar adalah sebuah interpretasi tentang filsafat cina yang utama, karya ini dipandang sebagai karya modern sepanjang ia menempatkan pengaruh sosial pada perkembangan ide metafisika. Meskipun belakangan, Fung menolak karya ini karena tidak cukup merefleksikan pengaruh kondisi material pada pemikiran tradisional, karya ini terus dipengruhi oleh ilmu pengetahuan yang mendalam.
Tingkat keempat, perkembangan pemikiran Fung ditunjukan dengan sebuah  sistem filsafat orisinil yang tinggi dalam sebuah seri dari tujuh bukunya di mana pembicaraan mengenai filsafat rasional yang baru menjadi pusat. Menurut profesor Wing tsit- Chan, sistem filsafat ini adalah yang paling orisinil dan paling banyak dibicarakan pada abad ini.
            Dengan mengambil filsafat Ch’eng bersaudara dan chu his sebagai dasarnya, Fung merekonstruksi filsafat neo-confusian secara fundamental dan meyakinkan. Dengan pembedaan yang tajam antara filsafat dan pengetahuan: dia membentuk  konsep filsafatnya yang sungguh-sungguh  logis atau formal, tidak memiliki muatan khusus atau keadaan eksistensi material, sebaliknya dalam pengetahuan berhubungan dengan eksistensi material yang memepelajari struktur-struktur yang terkandung dalam sesuatu. Karena ada hal-hal yang mana dalam hal-hal itu terdapat baik struktur atau prinsip formal maupun muatan khusus. Filsafat itu berhubungan dengan prinsip-prinsip atau logika alamiah segala sesuatu, sedangkan ilmu pengetahuan berhubungan dengan aksistensi material aktul dari suatu hal. Sehngga filsafat menyediakan basis ilmu pengetahuan tetapi ilmu pengetahuan dibutuhkan untuk menyediakan pengetahuan tentang dunia actual. 
            Untuk menjelaskan perkembangan interaksi antara kekuatan prinsipil dan kekuatan material, Fung mengambil konsep tao, sebagai jalan dinamis dari segala sesuatu, Tao adalah sungguh-sungguh proses yang melaluinya  terkandung prinsip dalam hal-hal aktual melalui interaksinya dengan kekuatan meteril. Fung menggunakan konsep ini untuk menjelaskan jagat raya sebagai proses,perubahan dan pembaharuan yang terus-menerus dan tak berkesudahan. Diinspirasikan oleh book of changes dan filsafat proses model barat , menekankan bahwa perubahan merupakan karakter esensial dari realitas, jadi yang ditekankan fung itu proses menjadi bukan ada mempertegas perubahan sebagai ciri-ciri yang esensial dari realitas, Fung mengatakan menjadi  dari pada     ada sebagai karakter dasar dari realitas. Tetapi Fung tidak mengabaikan ada/ yang ada. Fung mengakui bahwa gerak terus menerus dari Tao adalah tanggung jawab untuk terus menghasilkan dan reproduksi dari segala sesuatu, dia menggunakan konsep Great Whole untuk memaksudakan totalitas segala sesuatu. Namun totalitas ini, juga tidak statis maupun pluralitas belaka. Ini adalah dinamika interpenitrasi( penyusupan) di mana segala sesuatu identik. Di sini Fung menggabungkan pengetahuan budhist karena ada saling ketergantungan antara segala sesuatu, seluruh alam semesta hadir secara khusus dalam sesuatu yang lain, dan bukan sesuatu yang khusus ada kecuali dalam relasi dengan yang lain.  Untuk menjelaskan relasi antara Tao dan Great Whole, Fung memikirkan pertanyaan : mengapa Tao memiliki hubungan dengan   Great Whole atau alam semesta ? Jawaban kita adalah bahwa ketika kita mengatakan tentang Great Whole atau alam semesta, kita berbicara dari aspek keheningan segala sesuatu  sebaliknya ketika kita berbicara tentang Tao, kita berbicara dari aspek aktivitas dari segala sesuatu.
The interpenetration kekuatan dasar dan material dan identitas pokok Tao dan Great Whole memberikan dasar hidup yang ideal, realisasi dari sageliness dan kingliness yang fung perjuangkan dalam The spirit of Chinese Philosophy. Dia menekankannya di sini karena Great Whole ada dalam  proses segala sesuatu yang konkrit dan aktual dalam hidup setiap hari, Tujuaan hidup harus dicapai secara penuh dalam praktek setiap hari. Kesempurnaan tidak dapat dicapai  terlepas dari atau terbebas dari pengalaman aktual di dunia. Dunia ini dan semua yang ada di dalamnya harus diubah melalui praktek yang tetap dalam hidup .
            Bersamaan dengan pendirian partai republik tahun 1948, kemajuan filsafat fung memasuki tahap yang kelima dari perkembangan kefilsafatannya. Penting untuk belajar secara serius Marxisme – Lennin dan pemikiran Mao tse tung, dia mencari sebuah jalan yang sulit untuk perubahan masyarakat cina yakni filsafat. Tujuannya sekarang telah melewati idealisme dan ide abstrak dari karya yang pertama supaya dapat memperbaiki hidup orang-orang. Dalam peralihan ini Fung memisahkan antara arti abstrak dan konkrit dari  ide-ide kefilsafatan, menekankan perbaikan konkrit dalam hidup orang-orang, tetapi juga menuntut bahwa tanpa mengingat arti abstrak, seseorang tidak dapat melihat gambaran yang lengkap.
            Dalam konferensi besar orang-orang cina tentang filsaafat, Fung mengatakan;
Pada masa lalu saya memiliki perhatian besar pada arti abstrak dari beberapa alasan kefilsafatan. Tentu saja ini adalah kesalahan. Hanya dalam beberapa tahun terakhir kita memiliki perhatian pada arti konkrit, tetapi arti abstrak juga diberi pertimbangan. Menyia-nyiakan arti abstrak berarti seseorang tidak menangkap gambaran yang penuh.
Akhirnya, dalam semangat saling mengkritik diri yang menguasai konferensi, fung menambahkan;
          Apa yang kita miliki untuk meneruskan pokok pemikiran materialistik dalam sejarah filsafat cina, tipe pemikiran    orang-orang , ilmiah dan progresif. Saya tidak mempunyai sebutan khusus karena saya pikir ini adalah soal yang biasa. Ini menunjukan  saya percaya akan kontinuitas sesuatu yang abstrak entah itu sesuatu yang idealistis atau materialistis.
Fung menunjukan dengan jelas usaha untuk merevisi pemikirannya sendiri. Melalui saling mengkritik diri, dia mamapu melihat kategori-kategori Pertama dan kebiasaan pemikiran yang masih dominan. Hal ini membawanya manambahkan hal lain yaitu “pengakuan” pernyataan dari ucapan pertamanya: Apa yang saya katakan dalam artikelku tidak lengkap dan penyajian saya tentang problem ini juga tidak tepat.
Dalam praktik kritik dirinya, Fung menulis kembali sejarah filsafat Cinanya. Tetapi ketika mulai revolusi kebudayaan tahun 1966, Dia memutuskan bahwa buku pertama dari dua  bukunya Sejarah baru filsafat cina masih ditulis dari prespektif yang sangat idealistik dan abstrak. Fung menulis kembali seluruh sejarah dari prespektif maoist-marxist, ia menggunakan ideologi perubahan kebudayaan sebagai pedoman, sebuah proyek yang dia kerjakan sebelum kematiannya tahun 1990. Antara tahun 1982-1992, versi baru dari sejarah filsafat cina dipublikasikan dalam enam volume. Namun, pada permulaan abad 21 karya fung ini tidak lagi menarik, walaupun demikian beberapa sejarahwan tergugah dengan bagian akhir hidupnya.

Mao Tse-Tung
            Pemikiran Mao tse tung menguasai filsafat kontemporer cina sampai tahun 1978 dan terus penting sampai hari ini. Mao sangat dipengaruhi oleh marxs daan Lennin,  filsafatnya seringkali tidak sejalan dengan prinsip dan pendirian dari filsafat cina tradisional. Sesudah kematiannya, Mao masih diterima sebagai pembebas terbesar meskipun masih dicela sebagai penyebab kekerasan, penderitaan dan kematian sepuluh juta orang cina melalui metode revolusinya yang kejam. Juga, sebagai orang cina yang mengambil sikap damai kepada kedua pemikiran yakni barat dan tradisional, Filsafat Mao menghadapi kritik yang luas. Meskipun dikritik pemikiran mao terus digunakan sebagai petunjuk untuk meinterpretasi pemikiran Marxist dan tradisional tentang pengalaman harmoni.
Karya filsafat mao yang terpenting mungkin nasihatnya yang disampaikan taahun 1937, berjudul Praktik. Dalam nasehat ini dia menjelaskan relasi antara teori dan praktek, menunjukan bagaimana teori dalam praktek dan kembali ke praktek sebagai dasar kebenaran dan penyelesaian. Jalan ini mempengaruhi relasi antara teori dan praktek,  praktik Mao berusaha mendamaikan perbedaan diantara para pemimpin yang mengusahakan revolusi.
            Untuk melihat tujuan praktis yang disyaratkan oleh Teori Mao dari relasi antara praktek dan teori, yang sangat berguna untuk mengingat pidatonya memperingaati hari ulang tahun partai komunis di cina. Dalam pidatonya Mao menguraikan tujuan praktis komunis di cina sebagai berikut: Ketika golongan-golongan hilang, semua alat perjuangan kelas, partai dan keadaan mesin perlengkapannya akan kehilangaan fungsi, tidak dipelukan lagi, oleh karena itu sejarah misi mereka akan berangsur-angsur memburuk dan berakhir dan masyarakat akan bergerak ke tingkat yang lebih tinggi- ungkapan Mao mengenai kondisi manusia-. Tentunya pertimbangan perbaikan situasi manusia selalu menjadi yang terpenting diantara para pemikir cina. Harapan Confucian dan neo-confusian adalah bahwa ketika jen berlaku keselarasan tertinggi akan dicapai. Mao melihat tujuan dari praktek-praktek komunisme untuk mencapai harmoni yang hebat, yang jelas dari ucapannya bahwa fungsi partai itu bekerja keras untuk menciptakan kondisi dalam mana kelas-kelas, penguasa dan  partai politik akan mati, di luar dari kodratnya. Dan umat manusia akan masuk ke dalam dunia yang penuh dengan keharmonisan
            Untuk mencapai keharmonisan tertinggi, Mao mempertimbangkan bahwa perlu untuk memahami situasi, mengatur pertumbuhan dan perkembangan manusia seluruhnya dan dunia sehingga proses pertumbuhan dan perkembangan secara alamiah dapat dibantu untuk mencapai tujuan akhir mereka. Mungkin prinsip yang paling penting dipahami dalam hubungaan dengan ini adalah bahwa” semua proses memiliki awal dan akhir; semua proses mengubah diri mereka sendiri menjadi lawan mereka. Stabilitas seluruh proses adalah relatif, tetapi saling menyatakan dalam perubahan dari satu proses ke proses lain adalah absolut. Sudah pasti prinsip ini adalah keistimewaan pokok dari dialektika marxist, tetapi juga mengulangi prinsip tao bahwa pembalikan adalah jalan dari tao dan bahwa seluruh makluk memiliki lawan. Hal ini juga sebagai penjelasan baru neo-confusian dari sumber dan struktur semua makhluk yang adalah pernyataan awal daalam konsep Chou Tun-I’s untuk yin dan yang. Mao sungguh-sungguh sadar bahwa he is here well within the mainstream dari pemikiran cina tradisional, dalam paragraf yang sama dia berkata: kita orang Cina sering berkata: hal-hal yang berlawanan satu sama lain juga melengkapi satu sama lain.
            Menurut dialektika relasi antara pengetahuan dan tindakan yang dihadirkan mao dalam ceramah “on practice”, pengetahuan mulai dengan praktik, bergerak ke tingkat teori dan dilengkapi dalam tindakan. Teori mewakili sebagian dari pengetahuan. Secara sungguh-sungguh prinsip dari dialektika kodrati adalah satu pembalikan oposisi dan membantu dialektika dari beberapa hal yang particular mengenai prinsip ini. Mao dikenal dengan oposisi dari praktek-praktek dan teori. Mengenai dirinya tentu dengan keberhasilan demokrasi sosial dari orang-orang republik. Proses ini seperti proses yang lain, hasilnya menurut kedalaman dialektika untuk kepentingan dari praktek-praktek. Mao juga mengerti relasi dialektika antara praktek dan teori, untuk ini ada dua oposisi mendasar dalam program komunis.
Problem _- relasi antara pengetahuan dan tindakan hampir selalu menjadi pusat perhatian dari para filsuf Cina. Solusi Mao untuk problem ini sesuai denga solusi tradisional, karena dia mempertahankan bahwa pengetahuan dan tindakan adalah satu kesatuan bentuk. Teori pengetahuannya mempertahankan bahwa pengetahuan manusia tidak dapat dipisahkan sedikit pun dari praktik, dan tidak mau mengakui semua kesalahan teori yang menyangkal pentingnya praktik atau memisahkan pengetahuan dari praktik. Prinsipnya “jika manusia ingin mencapai kesuksesan dalam karyanya, maka untuk mencapai hasil yang diharapkan  dia harus membuat pemikirannya sesuai dengan hukum-hukum alam yang objektif disekitarnya, jika tidak sesuai , mereka akan gagal dalam praktek.
Dalam usaha untuk menunjukan hal yang masuk akal dari klaim bahwa praktik sosial hanya sebuah kriteria kebenaran, Mao menentang bahwa semua pengetahuan itu bermula dari praktik, dalam perubahan aktivitas dunia. “Jika engkau ingin mengetahui citarasa buahnya engkau harus mengubah buahnya dan memakannya sendiri”. Ini tahap pertama dalam memperoleh pengetahuan, tahap persepsi. Tahap berikutnya tercapai dalam penyusunan kembali atau rekonstruksi; ini memiliki tahap konsepsi, pendapat, dan kesimpulan. Gambaran, pendapat dan kesimpulan merupakan pikiran, hanya sebagai lawan pengetahuan perseptual dan demikian juga mempersiapkan atau memperhatikan teori-teori mengenai segala sesuatu. Tetapi kemahiran pikiran tidak berhenti di sini. Hanya sebagai pengetahuan perseptuallah yang menuntun pada pengetahuan rasional dan itu tidak lengkap tanpa pengetahuan perceptual, sehingga pengetahuan rasional tetap tidak lengkap diterapkan dalam praktek. Sebagaiman Mao menjelaskan” apakah filsafat Marxist  memandang sebagai masalah yang terpenting tidak terletak dalam pemahaman hukum-hukum alam yang objektif, dengan cara demikian mampu menjelaskannya, namun dalam mengubah dunia secara objektif dengan mengaplikasikan pengetahuan hukum-hukumnya yang objektif.
            Apa yang Mao maksudkan itu adalah pengetahuan itu tidak bermasalah, namun kata-katanya tak bermakna dan ide-ide hampa sampai pengetahuan itu terwujud dalam pengalaman. Hanya dalam perubahan pribadi dan perubahan realitas yang bertemu dengan aktivitas praktis menjadi pengetahuan yang real. Teori datang dari praktek dan dari teori berbalik ke praktek. Tetapi teori dan praktek bukan dua hal yang berbeda. Keduanya bertentangan dalam satu proses- berada di dunia. Perkembangan pengetahuan bergandengan  secara dialektis dengan perkembangan praktik. Menurut Mao perkembangan demokrasi sosialis di Cina harus menyatukan dua hal ini yaitu praktek dan teori. Dia mendesak bahwa” perkembangan segala sesuatu seharusnya dipandang sebagai perkembangan pribadi yang internal dan perlu, sesautu dalam gerakannya dan segala yang disekitarnya seharusnya dilihat sebagai saling berhubungan dan berinteraksi satu sama lain. Sebab dasar perkembangan segala sesuatu tidak terletak di luar diri tetapi di dalam diri, dalam pertentangan diri mereka.     
Ini sungguh sama dengan teori Neo-confusian bahwa individu berkembang dan bertumbuh melalui interaksi dari pertentangan prinsip(li) dan Benda material(ch’I), karena alam semesta adalah satu struktur kosmik yang dinamis dari Li dan Ch’i. Menurut confusius alam semesta adalah satu keseluruhan-sebagai yang tertinggi- sebuah persatuan dari segala sesuatu yang dalamnya manusia berpartisipasi, bahwa fungsi-fungsi melalui gerakan pertentangan Yin dan Yang, menurut neo-confusianisme. Dengan demikian  pokok yang tertinggi seluruhnya, dikenal melalui proses konkrit, dan proses konkrit dikenal melalui pemahaman tempat mereka dalam pola keseluruhan. Gambaran Mao mengenai bagaimana segala sesuatu diketahui adalah sama. Ia berkata,” secara absolut proses perkembangan total dari alam semesta, perkembangan dari masing-masing proses konkrit adalah relatif; karena itu dalam urutan kebenaran yang besar pengetahuan akan proses konkrit manusia dalam tahap yang diberikan dari perkembangan hanyalah benar secara relatif. Total hitungan kebenaran relatif yang tak terhitung merupakan kebenaran absolut.
Oleh karena itu ia akan menampakan bahwa meskipun penggunaan terminologi Marxist, mao membawanya lebih cepat pendirian tradisional Cina yang melihat kesatuan dari segala sesuatu yang utama dan memandang pengetahuan sebagai open-ended( pembuka-penutup), proses lanjutan tidak dapat terpisahkan dari praktik. Oleh karena filsafatnya juga menekankan keseragaman sosial melalui kemajuan dalam hidup harian.
POST- MAO THOUGHT
            Periode filsafat sesudah Mao mulai tahun 1978, dua tahun sesudah kematian Mao-Tse Tung. Tanda berakhirnya dominasi pemikiran marxist dan Maoist selama tiga dekade, era baru  ini mulaai dengan membanjirnya aktivitas intelektual yang terarah pada penentuan satu dasar bentuk golongan sosial dan nilai-nilaai manusia. Aliran ini merasuk hampir seluruh pemandangan pemikiran intelektual Cina, mempengaruhi perkembangan ekonomi, sosial, politik dan budaya. Revolusi intelektual ini adalah sebuah revolusi yang esensial dalam pemikiran filsafat.
Pertanyaan refleksi dari revolusi ini adalah Bagaimana diri dan budaya dapat dimodernisasikan? Motivasi untuk menyebut dua persoalan yang saling berhubungan ini datang dari pengertian yang mendesak dalam modernisasi masyarakat cina- motivasi itu dibakar oleh kegairahan dan kekuatan yang digerakan oleh suatu penemuan kebebasan secara baru dari pemikiran dan ketentuan ekonomi, yang dibukukan oleh pemerintah komunis sejak 1948. Pertanyaan pokok filsafat, bagaimana menjadi manusia? Dan bagaimana kemanusiaan itu dicapai? Pertanyaan-pertanyaan itu selalu menjadi pusat dari pemikiran filsafat modenr.
Dalam era sesudah Mao, pertanyaan-pertanyaan itu menimbulkan debat yang hidup pada suatu nomor dari pertanyaan yang paling spesifik:(1)Apa itu kebenaran dan bagaimana kebenaran itu dijelaskan?(2) Bagaimana relasi diri, sosial, dan budaya?(3) Apakah terdapat persaingan?(4) Bagaimana relevansi confusianisme untuk modernisassi?(5) Bagaimana ilmu pengetahuan dan humanisme memperkuat yang lain?(6) Apa jalan terbaik untuk modernisasi budaya cina?
-          Kodrat daan Kriteria kebenaran
Revolusi kefilsafatan sesudah Mao mulai dengan diskusi tentang kodrat dan kriteria kebenaran. Selama tiga dekade, kriteria prinsip kebenaran adalah apa yang dikatakan oleh pemimpin partai komunis. Implikasinya adalah apa yang dikatakan oleh paartai. Ketika kriteria ini ditantang ke dalam partai itu sendiri oleh Deng Xiaoping(11904-1997), yang membela prinsip praktis dari kriteria kebenaran, untuk membuka diri bagi politik mao dan menerima pembaharuan pragmatis ekonomi, hal ini membuka pintu bagi perdebatan yang meliputi banyak hal dalam kodrat dan kriteria kebenaran. Hu Jiwei pemimpin redaktor The People’s Daily, dalam artikelnya :”Mendengar kata-kata pemimpin Mao”, mengkritik prinsip kebenaran adalah apa yang dikatakan pemimpin partai. Dia
Dalam artikelnya mendengarkan pemimpin partai atau tidak? Hu mengatakan: sebagai orang yang digunakan untuk mendengarkan kata-kata kepemimpinan partai…ini tidak sampai pada diskusi tantang kriteria kebenaran. Saya sungguh sadar dan bertanya tentang kebenaran dari prinsip ini.
-          Kaitaan dari diri, Masyaraakat dan budaya
Tahun 1980, Banyak pemikir mulai mendiskusikan siapa itu menusia.Dalam diskusi itu pertanyaan apakah kodrat kelas atau kodrat manusia lebih penting dalam individu diperdebatkan. Li Zehou, salah satu dari pemikir cina terpenting sesudah Mao memperlihatkan bahwa self sebaiknya dilihat  sebagai subyek otonom, bertindak bersama dengan subyek otonom lain untuk menciptakan suatu masyarakat sipil dan budaya manusia. Ini berarti bahwa keanggotaan yang hanya memandang individu sebagai obyek kurang penting dari kodrat manusia individu, yang memberinya potensi untuk menciptakan nilai-nilai dan budaya debagai subyek yang otonom yang berinteraksi dengan subyek otonom lainnya.
-Alienation
            Diskusi tentang diri dalam relasi dengan kelas, kebudayaan, dan kodrat manusia
Relevaansi Confusianisme untuk Modenrnisasi Budaya Cina
Seperti diskusi tentang diri, masyarakat dan budaya mulai terfokus pada kodrat manusia dan kurang terfokus pada keanggotaan masyarakat masa, pemikiran filsafat tradisional mulai mengambil relevansi yang baru. Pemikiran confusius, sebagiannya telah menjadi ejekan dan terpinggirkan selama tiga dekade. Dengan penemuan kembali pusat penting yakni Jen (kodrat manusia) dalam modernisasi Cina, maka pintu dibuka untuk pengaruh confusian baru (Xinrujia). Dalam artikel 1978: sebuah evaluasi kembali terhadap confusius, Li Zehou menyiapkan dasar untuk apresiasi baru dari pemikiran confusius. Confisuan baru yang lain termasuk para filsuf Cina antara lain: Tu Wei ming, Cheng Chung Ying, dan Charles Fu dari Amerika Serikat; membantu membawa tradisi confusian ke dalam mainstream dari perdebatan baru tentang pentingnya diri dan kodrat manusia dalam modernisasi cina. Di akhir tahun 1990; pemikir-pemikir Marxist cina seperti Zhang Dainiandan Xiao Jeifu mengambil trdisi confusian untuk mengembangkan teori orginal mereka tentang modernisasi. Mou Zongsan, seorang pelajar penting confusian, mengembangkan moral metafisika baru yang berakar dalam pemikiran Neo-Confusian dari dinasti Sung sebagai fundasi untuk modernisasi kebudayaan Cina. Pemikir besar confusian yanheng Jiadong menulis sebuah buku baru yang penting; sebuah pengantat kepada Confisianisme yang baru
-Hubungan yang saling menguatkan antara Ilmu Pengetahuan dan Humanisme
            Oleh karena era Maoist didominasi oleh perhatian pada studi ilmiaqh tentang fenomena sosial, perdebatan kefilsafatan di tahuan 1980 menciptakan ruang bagi studi humanistic budaya dan masyarakat dengan sangat baik. Mungkin hasil yang lebih penting dari bertambanya studi humanistic adalah bertambahnya pengenalan pada pendekatan secara ilmiah dan humanistic saling melengkapi, memperkuat satu sama lain. Salah satu contoh adalah Jin Guantao, seorang figur yang terkenal dalam studi ilmiah masyarakat , mengadopsi prinsip humanistic dari Wang Roushi dan menerima dengan senang hati perhatian Li Zehou pada persoalan humanistic. Dalam bukunya 1988, Jin mengatakan: Saat ini kita harus bangkit dari mimpi mengenain obyektivitas yang tidak relevant dengan kemanusiaan dan menemukan sebalum kita suatu dunia dengan manusia sebagai pusatnya.
-          Jalan Terbaik untuk Modernisasi Kebudayaan Cina
Tahun 11984, berbagai persoalan tentang ada diperdebatkan sebagai bagian dari revolusi kefilsafatan sesudah Mao, berhadapan dengan debat bagaimana memoderenkan kebudayaan Cina secara lebih baik. Pandangan-pandangan barat, Marxist dan cina tradisional tentang bagaimana perubahan yang kreatif dari kebudayaan dan masyarakat, bersaing satu sama lain dalam diskusi ini. Penting untuk saling meminjam dan menyesuaikan di antara mereka. Debat penting ini mungkin baik untuk menciptakan sebuah visi baru yang sinergistik yang menjadi pedoman perkembangan cina, dihasilkan seribu artikel, seratus buku dan dosen dari pusat studi kebudayaan. Ini berarti bahwa pusat persoalan dari debat ini mengikat tidak hanya kaum intelektual tetapi juga pejabat dalam lingkaran politik dan juga umum. Revolusi filsafat sesudah Mao menunjukan sebuah kemunduran yang serius melalui peristiwa penindasan anggota-anggota pejabat di lapangan Tiananmen. Meskipun diskusi dari persoalan pokok diteruskan di daratan cina, banyak pendukung dalam perdebatan awal telah menjadi kuat untuk meneruskan diskusi mereka di tempat pengasingan. Tetapi dengan kebebasan ekonomi baru dan pertumbuhan informasi yang tersedia melalui jaringan dunia yang luas, ini menjadi sebuah kebangkitan yang menarik dari persoalan mengenai demokrasi, modernisasi, dan hak asasi manusia yang mana confusian baru memainkan peran yang berarti.
           
            
                                                Balada Cinta seorang Perawan


                RahimMu yang tertutup rapat, kau biarkan terbuka,
                MembiarkanNya terbuka agar yang Mahatinggi menghuninya,
                Kau biarkan sang khalik memenuhi dengan RohNya
                Kau biarkan Sang cinta mendiami dan merajaiNya

RahimMu yang kudus, membiaskan cahaya keselamatan
Memancarkan penuh damai semua yang ingin datang mendiamiNya
Tak Kau biarkan seorangpun manusia menjamahnya,
menjamahnya dengan bilur-bilur dosa dan keserahkan
Hanya cinta yang mampu membukakannya
Hanya cinta yang mampu membendunginya
Dan Hanya cinta, daripadaNya keluar sang Juruselamat

                Putera keluar dari rahimMu yang kudus
                Masuk kedalam rahim dunia yang penuh dosa
                Keluar dari rahim kesucianMu masuk ke dalam rahim  penghinaan
                Keluar dari rahim terangMu masuk ke dalam rahim kegelapan

Kini rahimMu tersayat oleh kekejian dunia yang dengan ganas dan kejam
Membuat buah rahimMu diam seribu bahasa
Membuat buah rahimMu hanya memancarkan pandangan penuh derita
Pandangan penuh kepedihan,
Seolah-olah ingin mengatakan
“Bunda, Aku ingin kembali kedalam rahimMu,
Aku ingin mendiaminya, mendekap disana, Aku tak sanggup menjalani penderitaan ini”

Rindu untuk kembali kedalam Rahim membawa duka mendalam pada Bunda
Hati siapa tak luka melihat buah rahimnya di ludahi,
dicaci-maki, didera dan memangku palang kehinanaan
Hati siapa tak luka kala melihat buah RahimNya  disoraki
 sebagai pengkianat bangsa, penghojat Allah, pembawa malapetaka,
Hati siapa yang tak luka kala melihat buah Rahim berjalan sendirian menempuh penderitaan

Bunda tunjukan kerahimanMu agar kami tetap menjadi anak-anakMU
Keluar dari rahimMu untuk menjadi anak-anak terang, anak-anak pembawa sukacita dan kegembiraan bagi semua orang   






LITURGI




I. Pengantar: Sebuah Realitas
Kita begitu sedih, ketika mendengar ada seorang atau beberapa imam yang keluar, meninggalkan imamatnya. Bahkan seorang umat di Philipinnes pernah berkomentar demikian, “Ini sungguh menyedihkan, kalau kita mengingat berapa lama waktu yang telah dibutuhkan untuk pendidikan imam, berapa biaya yang telah dihabiskan, dan berapa orang yang telah terlibat dalam proses persiapan seorang pemuda untuk menjadi seorang imam. Kesedihan kami semakin mendalam ketika imam menghilang begitu saja tanpa sepengetahuan Provinsial atau Uskupnya.” Sebagai seorang imam muda, saya shock mendengar komentar kritis seorang warga paroki ini. Ini adalah sebuah realitas yang menyedihkan.
Namun saya tidak akan menghabiskan waktu dalam kesedihan ini. Saya juga merasa bersuka cita, ketika saya merenungkan betapa banyak imam yang masih tetap setia pada panggilan dan pelayanannya kepada umat Allah. Tahun lalu saya mengadakan retret pribadi ke luar kota Manila. Kebetulan di saat yang bersamaan dan di rumah retret yang sama, ada sekelompok suster yang sedang retret pula. Mereka di dampingi oleh seorang imam asli Philippines yang sudah tua. Dalam homily-sharingnya dia berbicara tentang arti kesetiaannya dalam imamatnya. Sebagai seorang mantan dosen filsafat, dia mengawali sharingnya demikian, “Kesetiaan dalam panggilan imamat adalah sebuah tindakkan Allah dan partisipasi manusia. Sebagai seorang imam saya memahami kesetiaan sebagai sebuah tindakkan untuk melihat, untuk mendengar, dan mengikuti kehendak Allah. Allah sungguh-sungguh memperhatikan saya, dan saya merespon panggilan Allah itu. Mengikuti panggilan Tuhan melalui congregasi ini, saya sungguh merasa dilibatkan dalam karya-Nya. Saya melihat kesetiaan sebagai kehendak bebas Allah, dan saya secara bebas menanggapi dan berpartisipasi dalam kehendak-Nya. Kesetiaan adalah puncak tindakkan dari iman dan kepercayaan saya. Partisipasiku dalam tindakkan Allah menjadi nyata dan konkret dalam hidup keseharianku. Kesetiaan adalah proses. Saya bersyukur boleh dilibatkan dalam karya Allah ini. Setiap hari, saya mencoba untuk semakin menyadri teantang apa yang telah saya lakukan sebagai imam. Ketika saya berdoa atau merayakan perayaan ekaristi, saya mengingat panggilanku sebagai sesuatu yang harus saya persembahkan kepada Allah dan sesama.” Ini adalah sebuah realitas yang membanggakan dan memberikan pengharapan.
Berbicara tentang pendidikan imam atau bruder, bukan hanya berbicara dalam lingkup pendidikan di tahun-tahun postulat, novisiat, atau skolastikat. Refleksi pendidikan imam atau bruder adalah juga refleksi bagaimana seorang imam/bruder menghayati hidupnya setelah dia ditahbiskan atau kaul kekal dan kemudian berkarya. Refleksi yang berpijak pada pertanyaan yang amat positif: Adakah sesuatu di balik kesetiaan para imam/bruder? Apa sih spiritualitas mereka? Dalam kotbah-sharing yang saya paparkan di atas, tersirat dia menyatakan kecintaannya akan liturgy. Maka, dalam tulisan sederhana ini, saya akan merefleksikan pengaruh spiritualitas kecintaan akan liturgi dalam kesetiaan akan panggilan sebagai imam atau bruder.
II. Mencintai Liturgi
Rasa cinta akan tindakan liturgis, tidak bisa dipisahkan dari pemahaman akan liturgy itu sendiri. Seorang imam merasa puas ketiaka dia melakukan pelayanan sakarmental, karena dia mempunyai pemahaman yang hidup tentang tindakkan liturgis. Tentulah, kita masih ingat apa arti dari tindakan liturgis: “descending” (the sanctification of human being) dan “ascending” (the glorification of God). Secara tegas, Konstitusi tentang Litugi ( Sacrosanctum Concilium) No. 7 menyatakan: “Dalam karya seagung itu, saat Allah dimuliakan secara sempurna, dan manusia dikuduskan…” Harapannya adalah, hendaknya pemahaman ini tidak hanya dipahami dalam tataran intelektual saja, tapi lebih-lebih juga dicerna dalam tataran hidup spiritual dari seorang imam ataupun bruder.
A. Persiapan Pribadi untuk berliturgi
Bagi seorang pelayan liturgy, seperti imam, liturgy sudah sepantasnya menjadi sebuah peristiwa khusus. Peristiwa ini bukanlah sebuah rutinitas yang dapat dijalankan secara spontan tanpa penyadaran; tetapi berliturgi perlu persiapan serius. Barangkali persiapan itu bisa digambarkan sebagai berikut:
1. Disposisi batin seaorang imam
Disposisi batin seorang imam/pelayan liturgy dapat dipahami sebagai suatu kesadaran akan identitasnya. Identitasnya sebagai imam tak bisa dipisahkan dari peranannya dalam berliturgi. Imam sebagai sakramen Kristus, mengantarkan Sabda Allah dengan berkotbah dan mengajar. “Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang denag jerih payah berkotbah dan mengajar.” (1 Tim 5:17). Kemudian Presbiterium Ordinis, No. 4 mengatakan: “Sebab tidak seorang pun dapat diselamatkan, kalua ia tidak beriman, para imam sebagai rekan-rekan kerja para uskup, pertama-tama wajib mewartakan Injil Allah kepada semua orang.” Dua pernyataan ini, secara tegas menunjuk pada identitas dan peran seorang imam.
Ketika seorang imam sedang menghantarkan Sabda Allah kepada individu atau kelompok atau komunitas di dalam peranannya sebagai seorang imam, secara amat berharga dia sedang melakukannya sebagai sakramen Kristus. Dalam kotbahnya, imam menghubungkan umat dengan Allah. Dalam kotbah, imam mengundang umat Allah masuk ke dalam “sanctuary”, bilik tersuci dalam dirinya. Peran ini menempatkan imam sebagai “a man of faith”. Maka, kesadaran akan peran dan identitasnya, sudah seharusnya menjadi sikap atau disposisi batin bagi dirinya. Kesadaran akan identitasnya akan memotivasi seorang imam untuk semakin mencintai “pekerjaannya.” Dalam berliturgi, dia akan mempersiapkan diri secara serius.
2. Doa dalam kehidupan seorang imam
Ada ungkapan demikian: “The place for a priest is in sanctuary.” (Tempat bagi imam adalah di bagian yang paling suci). Ungkapan ini untuk mengatakan bahwa, supaya bisa mengemban perannya sebagai mediator, seorang imam harus hidup di dalam communio dengan Allah. Untuk berada dalam communio bersama Allah, dia harus masuk ke dalam pusat dirinya melalui doa. Dalam doa, kita belajar untuk mendengarkan perasaan-perasaan kita, angan-angan, pemikiran-pemikiran dan kerinduan-kerinduan kita. Santa Teresa dari Avila berkata, “Pintu untuk menuju ke perjalanan batin kita adalah doa.
Berdoa adalah mendengarkan Allah dan menanggapinya dengan cinta. Membaca dan berpikir tentang Allah adalah penting untuk menyediakan iklim dan lingkungan yang mendukung untuk berdoa. Di sinilah Kitab Suci memiliki peran yang amat khusus. Allah terus menerus menyampaikan sabda-Nya untuk kita, dan menginsiprasii kita melalui Roh-Nya. Refleksi harian hidup doa seorang imam sangat membantu pertumbuhan hidup rohaninya dan semakin mendalam dalam hubungannya dengan Allah dan sesama.
B. Menyadari Kehadiran Kristus Dalam Liturgi
Liturgi pertama-tama adalah anugerah Allah, sebelum tanggapan manusia. Dalam liturgy, Allah berpaling kepada kita, dan kita menerima apa yang dia anugerahkan kepada kita, secara khusus pusat misteri penebusan kita melalui Yesus Kristus. Kehadiran Kristus dalam liturgy dialami sebagai suatu perjumpaan yang konkret. SC. 7 menyatakan secara jelas beberapa cara kehadiran Kristus dalam liturgy:
· Kristus hadir dalam kurban misa
· Kristus hadir dalam diri pelayannya
· Kristus hadir secara amat istimewa ekaristi (tubuh dan darah)
· Kristus hadir dalam sakramen-sakramen
· Kristus hadir dalam sabda-Nya ketika kitab suci di bacakan
· Kristus hadir ketika Gereja berdoa dan bernyanyi. Karena Dia berjanji “ di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, Aku hadir ditengah-tengah mereka” (Mt. 18:20).
Orang yang mencintai liturgi adalah orang yang dapat menyadari kehediaran Kristus dalam tindakan liturgis. Kesadaran ini tidak hanya hidup dalam tindakan-tindakan ritual sebagai ungkapan imannya, tetapi juga hidup dalam hidup sehari-hari sebagai perwujudan akan imannya. Kecintaan terhadap Liturgi akan menyuburkan kehidupan spiritual pelayan liturgy, untuk memperkuat diri ke dalam perkembangan menuju pelayan yang setia.
III. Pelayan-Pelayan Setia
Realitas akan pelayan-pelayan yang setia, bisa kita renungkan dari tulisan P. Rosetti. P. Rosetti adalah director Institute St. Lukas di USA. Dia bertugas melayani para imam dan religius yang sedang mengalami masala-masalah dalam panggilan mereka. (Tulisannya bisa di baca dalam Spirituality of the Priesthood, in Human Development, Vol. 18, No. 1, Spring 1997).
Dalam bagian ini, saya akan mencoba menghadirkan secara singkat pemikiran Rosetti tentang spiritualitas kesetiaan dalam imamat, ketika dia dimita berbicara dalam the National Commission Catholic American Bishops Conference, mengenai hidup dan pelayanan imam-imam. Dia membuat survey terhadap 1.186 imam Amerika. Survey itu telah menunjukkan bahwa 91% imam menggunakan bakat dan kemampuannya dalam pelayanan mereka. Lalu hanya ada 7% imam yang punya pikiran untuk keluar, meninggalkan imamatnya. What are some aspects that most become sources of satisfaction to priest? Menurut survey, imam-imam merasa puas dalam hidupnya sebagai imam, ketika mereka melakukan pelayanan sacramental dan mewartakan Sabda Allah. Dan mereka juga merasa puas ketika mereka mempunyai kesempatan untuk bekerja sama dengan banyak orang. Ini adalah kabar baik bagi Gereja. Dan sebagai imam muda, saya bisa belajar dari spiritualitas kesetiaan itu.
Lalu, P. Rosetti juga bercerita tentang P. Jim, yang telah merayakan 25 tahun pesta imamat. Pater Jim yang menjadi seorang administrator di sebuah katedral, tapi dia juga amat perhatian kepada kaum miskin. Banyak kaum miskin yang mengenalnya. Dia membangun banyak rumah murah untuk mereka. Bagaimana ia menjadi seorang imam yang setia? P. Jim bercerita tentang hubungan personal dengan Yesus.
IV. Hubungan Pribadi Dengan Yesus
Sebagai seorang imam, bubungan pribadi dengan Yesus adalah sangat penting. Ini adalah sebuah dasar spiritualitas. Mungkin kita bertanya apa itu spiritualitas? Arti spiritualitas itu bisa bermacam-macam dan berbeda-beda. Seorang clerical mengartikan spiritualitas demikian: “Spiritualitas adalah sebuah tanggapan terhadap Allah. Spiritualitas adalah pencaharian akan visi Allah and restorasi akan diri kita.” Dengan demikian hubungan pribadi dengan Yesus dapat berarti sebuah tanggapan akan Allah, untuk memahami visi Allah dan untuk merestorasi manusia.
Apa artinya memiliki hubungan pribadi dengan Yesus? Menurut P. Rosetti, memiliki hubungan pribadi dengan seorang pribadi, termasuk Allah, berarti bahwa setiap pribadi ditantang untuk berani menghadapi realitas hidup dan menyatakannya. Banyak imam yang merasa takut menghadapi realitas hidupnya. Mereka takut untuk membagikan pengalamannya kepada sesama rekan seimamat. Dan bahkan ada yang takut membagikan pengalamannnya kepada Allah. Mereka berhenti berdoa dan tidak mempunyai hubungan yang personal lagi dengan Allah.
Memiliki hubungan personal dengan Allah berarti juga berani berdoa dari dan di dalam hati. Hati adalah tempat kekuatan vital dari tiap-tiap pribadi. Hati adalah tempat tersembunyi di mana Roh Kudus bersemayam. Berdoa dari dan dalam hati, berarti seseorang membiarkan diri untuk semakin dekat dan dituntun oleh Allah. Ini berarti berdoa, bahkan dalam kelemahan kita, karena biasanya seseorang sangat sulit mengakui kelemahan-kelamahannya. Tetapi, kita tidak sendiri dalam berdoa, karena ada Roh Allah yang tinggal dalam hati kita. Roh Allah memampukan kita dalam doa (Rom 8:26-27).
V. Mencintai Liturgi – Kesetiaan dalam Imamat atau Panggilan
Globalisasi telah mengenalkan berbagai macam model hidup bagi banyak orang: glamour life dan consumerism. Nokia: Connecting People, The New Nissan Sentra, Stronger and Smarter adalah contoh nyata bahasa iklan yang mau mempengaruhi mentalitas customers (para pelanggan). Apakah mungkin bahasa liturgi atau ekpresinya yang amat biasa, bahkan terkesan monoton itu bisa mempengarui mentalitas dari “aktor-nya” (sang imam) dan “Customers-nya” (Umat)? Ini adalah tantangan bagi kehidupan spiritualitas Kekristenan kita, terutama bagi seorang imam.
Mungkin bahasa liturgi memang monoton, tetapi kehidupan untuk menghidupi liturgi adalah adalah sesuatu yang dinamis. Perayaan liturgi tidak bisa direduksikan pada suatu performa ritual belaka. Bagaimanapun juga, dalam perayaan liturgilah kehidupan dan tujuan Gereja terungkap dan ternyatakan sacara mendalam. Seorang imam yang menyadari hakekat dan arti liturgy akan memahami pula keutamaan iman. Hari demi hari ia akan bertumbuh dalam iman, pertobatan, perubahan perilaku dan sikap hidup sebagaimana dia melambungkan pujian liturgis. Mencintai liturgy adalah salah satu sumber untuk semakin mencintai imamat atau panggilan kita.
Realitas pengalaman manusiawi, sebagaimana saya sampikan dalam pengantar, dan juga dari penjelasan Pater Rosetti mengundang kita untuk menyadari, bahwa kita harus mendalami spiritualitas imamat atau pelayanan kita saat ini. Dalam spiritualitas ,kita mencapai suatu keasadaran akan nilai yang paling tinggi; dalam kepenuhan jiwa kita, kita memikul beban yang paling menyenangkan dan paling memberatkan dari pengalaman manusiawi kita. Dengan pemaknaan pada tindakan liturgisnya, seorang imam dimungkinkan untuk berkembang dalam kesucian, “berkobar-kobar dalam cinta Kristus.” Dengan marayakan liturgy secara teratur, seorang imam masuk ke dalam sekolah doa Gereja, melambungkan perjumpaan dialogis dengan Allah, dan membagikan pelayanan Imamat kristus kepada yang lain.
Dalam refleksi tentang imamatnya, seorang imam pernah berkata: “We, priests give thanks by our celibate charity that exemplifies this Eucharistic unity. As this bread is constantly broken yet never divided, we, priests are called to constantly love the many without ever dividing the community by clinging to only one. We love not just one spouse, but the one Church in all her members. As this cup is eternally poured out, but never exhausted, so through our ministry of unity, we continuously empty ourselves without seeking to be filled by our own family. Our family is the Church that is the home of all Christians. The Eucharistic unity is exemplified by our celibacy. Like Christ, in our celibacy, we crucify our flesh for the life of the world. Indeed, the sense of loving of liturgy has nourished fidelity in the priesthood.”
Kecintaan akan liturgi adalah sekolah kita untuk menimba spiritualitas kesetiaan akan panggilan kita. Dalam liturgy, formasi ke-imam-an dan ke-religius-an kita senantiasa disegarkan kembali.
(P. Marhar, MSF)








GESTALT



SIFAT DAN PERILAKU MANUSIA:
• selalu “membaca”/”mencoba mengenali” apa yang dilihatnya --> persepsi
• dengan cara pattern seeking
• pattern seeking ini biasanya melihat/mencari pola atau konteks yang terlihat pada gambar atau yang sudah diketahui oleh penglihat
• juga kecenderungan manusia untuk mengorganisasikan atau meng-kelompok-kelompok-kan (gestalt principles of grouping)

PENGERTIAN GESTALT
• psikologi persepsi visual manusia dalam membaca/mengenal sebuah gambar/ bentuk dari melihatnya/mengorganisasi-kannya secara holistik/menyeluruh.
– holisitik: secara keseluruhan dari semua elemen-elemen pada gambar, bukan elemen demi elemen atau satu per satu.

SEJARAH GESTALT
• berawal dari karya tulis Max Wertheimer (1912) dari Jerman, juga psikolog Koffka (1935) dan Kohler (1940)
• juga oleh J.B. Watson dari Amerika (1913)
• istilah “gestalt” dalam bahasa Jerman sebenarnya sulit diterjemahkan ke bahasa2 lain, tapi bisa diterjemahkan sebagai “shape”; “form”; “configuration”; “pattern” (dlm bahasa Inggris), atau “bentuk”; “hakekat”; “esensi”; “totalitas” (dlm bhs Indonesia)
• karena susah diterjemahkan secara pas, maka disepakati untuk tetap menggunakan istilah yang original – “Gestalt”

A. Prinsip dasar Pengelompokkan/Grouping Gestalt
• proximity (kedekatan)
• similarity (kemiripan)
• closure (ketertutupan)
• continuity (kesinambungan)
• symmetry (simetri)

+ tambahan:

• simplicity (kesederhanaan)
Proximity
sebuah kesatuan atau pengelompokan yang terbentuk karena adanya elemen-elemen yang saling berdekatan.
Tendensi:
Pandangan mata akan cenderung melihat dua kotak yang saling berdekatan sebagai satu kelompok. Kita tidak melihat kotak ke-2 dan ke-3 dari kiri sebagai sepasang karena berjauhan.

Similarity

objek yang sama akan terlihat secara bersamaan sebagai kelompok. Hal ini dapat ditentukan lewat bentuk, warna, tekstur, ukuran, maupun arah (misal sekelompok ikan/burung yang bergerak searah).
Tendensi:
Kita akan melihat objek-objek dalam barisan/row mendatar, bukan dalam kolom secara vertikal.

Closure
Kita lebih menyukai bentuk yang tertutup/complete atau menyambung daripada yang tidak/incomplete.
Tendensi:
Melihat gambar di atas, kita akan secara mental menyambungkan garis2 yang putus2 dan melihat gambar bentuk bebek & lingkaran secara menyeluruh.

Continuity
Penataan visual yang dapat menggiring gerak mata mengikuti ke sebuah arah tertentu.
Tendensi:
Kita akan melihat satu garis lurus dan sebuah garis lengkung melewatinya. Kita tidak akan melihat gambar tsb terdiri dari dua bagian seperti di gambar kanan.

Symmetry
Kecenderungan untuk menata stimuli ke dalam bentuk2 yang sama dan sebangun.
Tendensi:
Mata cenderung melihat sebagai deretan 6 bentuk daripada deretan 12 bentuk.

+Simplicity
Prinsip yang mencakup ke-5 prinsip Gestalt sebelumnya, menyatakan bahwa manusia secara intuitif cenderung memilih pengorganisasian yang paling simple/sederhana atau paling stabil.
Contoh:
Gambar di atas dapat dipersepsikan beberapa macam: 3 lingkaran yang bertumpukan; 1 lingkaran utuh dan 2 lingkaran yang terpotong di bagian kanannya; atau tampak atas dari tiga objek silinder 3-Dimensi.
Prinsip simplicity menyatakan bahwa anda akan melihat gambar tsb sebagai 3 lingkaran yang bertumpukan, karena itulah persepsi yang paling simple.

B. Prinsip Figure-Ground organization:
sebuah organisasi perseptual yang paling dasar

•figure: objek yang kita lihat/fokus/pusat perhatian
•ground: background/latar

Proses persepsi akan berusaha membedakan obyek dari latar.

The Role of Experience
•Pengalaman pribadi menentukan sekali dalam persepsi
•ada yang beranggapan bahwa kecenderungan pengorganisasian dalam berpersepsi ada/dibawa sejak lahir; namun banyak psikolog kontemporer merasa bahwa kecenderungan2 tsb adalah hasil dari pengalaman & pembelajaran semasa hidup.


The Role of Context

•Pengalaman berguna karena membuat memori dari stimuli lama yang dapat dijadikan sebagai konteks dalam mempersepsikan stimuli baru
•Konteks bisa dari dalam diri (pengalaman, pengetahuan, budaya, karakter, gaya hidup, hati nurani,…) ataupun dari luar diri (visual, lingkungan, hukum, etika,…)



Gestalt
Gestalt membawa maksud sesuatu yang penuh, menyeluruh dan lengkap. Pada pendapat ahli psikologi Gestalt, satu persepsi jika diperhatikan dengan menyeluruh, akan menjadi lebih bermakna daripada campuran komponen-komponen yang berasingan.
Dari gambar rajah yang kita lihat di atas, kita dapat memerhatikan Hukum Tutupan (closure) Gestalt yang mendambakan kesempurnaan. Bentuk yang tidak tertutup akan kelihatan tidak lengkap, jadi kita akan cuba mencari ketidaksempurnaan di dalam bentuk yang kita lihat itu lalu minda kita akan menambahkan bahagian yang tidak lengkap itu kepada bentuk yang sempurna.
Di dalam teori Gestalt, Hukum Tutupan ini bukan sahaja diaplikasikan kepada bentuk-bentuk imej, tetapi juga kepada proses pemikiran, memori dan pemahaman kita kepada konsep masa.
Psikologi Gelstalt juga menetapkan bahawa apa yang berlaku di masa lalu dan kini mewarnai apa yang dikenali sebagai 'pengalaman tidak selesai' seseorang itu. Dalam erti kata lain, semua peristiwa yang pernah kita alami akan terus berlegar di dalam diri kita sehinggalah kita menyudahkannya (seperti mana yang telah dibincangkan di dalam Hukum Tutupan). Walaupun kita dapat menanggung sejumlah pengalaman yang tidak selesai, tetapi ada kalanya pengalaman ini mampu menggusarkan perasaan kita. Kita perlu memastikan agar pengalaman kita itu ada tutupannya (closure) - agar kita tidak akan diganggu oleh satu persepsi negatif yang akan sentiasa membelenggu proses-proses mental di dalam fikiran kita. Hanya dengan menghadapi apa yang mengganggu fikiran kita dek pengalaman tanpa kesudahan ini, kita akan dapat berganjak ke hadapan.
Abang akhirnya berhadapan dengan nemesisnya yang telah mengganggu fikirannya. Perlahan-lahan, abang dapat memahami apa yang sebenarnya telah berlaku dalam satu peristiwa yang dialaminya pada masa lalu yang telah menggusarkan jiwanya. Selagi tak ada proses tutupan kepada detik hitam di dalam hidupnya itu, selagi itulah tidak akan ada kesudahannya kepada kecelaruan yang membelenggu fikirannya selama ini...
Kata-kata hikmat seorang ahli saintis muda bernama Faris bilangan 44: Jangan biarkan pemerintah menentukan kandungan memori anda
Fahmy berdiri di dalam bilik kosong yang terletak jauh di bawah tanah. Dia tidak tahu berapa lama dia perlu menunggu di dalam bilik itu. Perasaan kacau. Dia mengeluh berlaki-kali.
Tiba-tiba pintu di hadapannya terbuka luas. Dia dapat melihat Muzaffar memanggilnya supaya keluar dari bilik tersebut.
"Kenapa kau mahu berjumpa dengan aku?" tanya Muzaffar buat-buat bertanya walaupun dia tahu tujuan utama Fahmy bertemu dengannya pada malam itu.
Fahmy tidak menjawab soalan Muzaffar itu dengan serta-merta. Dia menoleh ke sebelah kanannya. Dia dapat melihat makmal rahsia kumpulan Al Qadim yang telah dibina di dalam sebuah ruang yang luas itu. Seorang wanita bertudung hitam memandang ke arahnya. Pandangan wanita itu tajam sehingga menusuk ke jiwanya. Fahmy terus memandang ke hadapan. Wanita itu mengingatkan dirinya kepada ibunya yang telah terkorban di dalam peristiwa 6/6 dahulu.
"Apa yang telah berlaku kepada Fidzan?" tanya Fahmy akhirnya setelah lama dia mendiamkan dirinya.
"Apa maksud kau?" tanya Muzaffar kembali. Dia membawa Fahmy masuk ke dalam sebuah lif berkaca lalu mereka berdua naik ke tingkat atas.
"Ketika aku menemuinya semalam dia nampak murung. Dia meracau-racau seorang diri apabila dia tidur di rumah ku." Kata Fahmy di dalam lif di dalam nada yang risau. Apabila lif terbuka, Muzaffar terus membawanya masuk ke biliknya.
"Biar dia hadapi semua ini sendiri sehingga dia faham akan bebanan yang terpaksa ditanggungnya."
Wajah Fahmy kelihatan terganggu. Dia meraba-raba lehernya. Tekaknya terasa kering dan pedih.
"Aku tidak sampai hati melihatnya begini."
"Biar dia hadapi semua ini sendiri, Fahmy!" getus Muzaffar dengan suara yang tegas.
Fahmy menggigit buku jarinya. Cukup sukar untuk dia menerima usul dari Muzaffar ini.
Muzaffar sedar bahawa Fahmy sedang berada dalam keadaan yang terganggu. Dia perlu mengingatkan Fahmy bahawa Fidzan bukan seorang manusia biasa. Apa yang sedang dihadapi Fidzan tidak mungkin dapat diselesaikannya walau bagaimana dia mencubanya. Lalu Muzaffarpun berkata:
"Kau tentu masih ingat lagi apa yang mampu dilakukannya ketika kau dan dia menceroboh masuk ke dalam makmal bioteknologi Halcyon Corp. dahulu..."
Fahmy menganggukkan kepalanya. Dia tidak mungkin akan dapat melupakan ini semua. Masakan tidak, dia telah bersetuju untuk mencuri masuk ke dalam makmal Halcyon Corp. semata-mata kerana dia kagum melihat kebolehan luar biasa yang ada pada diri Fidzan. Pada waktu itu dia yakin dengan kuasa yang ada pada diri Fidzan, mereka berdua dapat melakukan tugas mereka dengan senang tanpa sebarang masalah. Alangkah silapnya andaiannya itu.
Di dalam usia sebegitu muda, Fidzan mula menampakkan bibit-bibit kuasa yang ada pada dirinya. Fidzan dapat mengawal tenaga berbentuk gelombang seperti cahaya, bunyi malah elektrik. Dia dapat menghalang kuasa elektrik dari memberikan tenaga kepada sebuah kompleks bangunan yang besar hanya dengan memikirkan tentangnya. Dengan hanya dengan menumpukan perhatiannya, dia dapat mengubah keadaan di sekelilingnya supaya menjadi gelap dan sunyi - satu kuasa yang mampu menakutkan sesiapa sahaja yang mengalaminya sendiri.
Kuasa luar biasa Fidzan akhirnya dapat dikawal dengan pil psikotropik berwarna biru yang terpaksa diambilnya hampir setiap hari.
Kuasa Fidzan perlu dikawal agar dia tidak akan membahayakan sesiapa di sekelilingnya, itulah alasan yang telah diberikan oleh Komisyener Nora (yang kini telah pun berjaya memenangi pilihan raya umum di dalam pemilihan Datuk Bandar Kota Sendayu yang baru) satu ketika dahulu.
"Aku hairan mengapa kau tidak pernah tanya kepada diri kau dari mana dia dapat kuasanya itu..." ujar Muzaffar dengan nada sinis.
"Aku mahu tahu... Cuma persoalan ini tidak pernah timbul setiap kali aku bersamanya. Aku tidak berani bertanyakan soalan ini kepadanya!"
"Kenapa? Kau takut dengannya?"
"Ya." Jawab Fahmy teragak-agak.
"Kau, antara manusia paling berani yang pernah aku temui takut dengannya?" Muzaffar menggelengkan kepadanya sambil tersengih sendiri.
"Pernah sekali dia mengamuk apabila aku bertanyakan kepadanya tentang hal ini... Dia terlalu banyak berahsia."
"Bercakap tentang rahsia... Kau tahu apa yang perlu kau lakukan ketika kau mencuri masuk ke dalam makmal itu?"
"Ya, aku perlu membantu Fidzan untuk mencuri ubat untuk adiknya."
"Adik dia tidak sakit, Fahmy..."
"Jadi jika dia tidak sakit, mengapa dia perlu mencuri ubat di dalam makmal itu?"
"Kerana ibunya mahu adiknya itu membesar sebagai manusia biasa." Muzaffar menyilangkan kakinya. Dia merehatkan kedua-dua belah tangannya di tepi kerusinya. "Pada waktu itu doktor Londoh sedang mengusahakan sejenis ubat untuk anak perempuannya... Hana, sudah tentu kau kenal dengan Hana."
"Ya, kenapa dengan Hana?"
"Hana telah cedera parah dalam Peristiwa Hirabah... Bapanya telah meniru kembali proses gelombang denyutan elektro-magnetik di dalam keadaan terkawal di dalam makmal untuk cuba menyelamatkannya-"
"Tapi kenapa?"
"Ketika kami meletupkan bom ini di seluruh dunia, kami tidak pernah terfikir tentang kesan-kesan sampingannya kepada manusia-"
"Maksud kau?"
"Pada mulanya kami berfikir bom ini hanya akan memusnahkan perkakasan elektronik di seluruh dunia sahaja dan ia tidak akan memberi sebarang kesan kepada manusia... Tetapi kami silap. Di dalam beberapa situasi tertentu, manusia-manusia yang terdedah kepada gelombang elektro-magnetik bom ini secara dekat akan mengalami mutasi DNA."
"Jadi Fidzan adalah sebahagian dari manusia yang mana DNAnya telah berubah?"
"Ya." Angguk Muzaffar. Dia menggunakan lidahnya untuk menjilat bibirnya yang kering itu. "Doktor Londoh cuba mengulangi proses ini untuk memastikan Hana yang tubuhnya hampir 90 peratus terbakar itu dapat diselamatkan. Dan sememangnya Hana dapat diselamatkannya, kerana antara kesan sampingan mereka yang didedahkan kepada gelombang elektro-magnetik ini adalah keupayaan regenerasi sel-sel tubuh.
"Tubuhnya kembali sihat dengan pantas. Tetapi dengan pantas juga doktor London mula sedar tentang keganjilan yang mula ditunjukkan Hana. Anak perempuannya itu mula menunjukkan bahawa dia mempunyai kuasa luar biasa..."
"Kuasa apa?"
"Di dalam keadaan marah, apa sahaja yang disentuhnya akan mati."
"Oh..." Fahmy mematahkan jari jemarinya.
"Jadi doktor Londoh terus berusaha untuk mencari jalan untuk memastikan agar anaknya itu dapat hidup normal... Dia hampir-hampir berjaya di dalam pencariannya sehinggalah kau dan Fidzan masuk ke dalam makmalnya... Kuasa yang telah digunakan Fidzan telah memadam beberapa formula penting di dalam pembikinan ubatnya yang telah disimpan di dalam komputer di dalam makmalnya itu."
"Jadi apa yang diambilnya sekarang?"
"Komposisi ubat dari formula yang cuba dihasilkan semula oleh doktor Londoh." Muzaffar mengeluh, seolah dia sedang mengesali sesuatu ."Apa yang pasti, ubat psikotropik yang disintesiskannya semula tidak lah sebaik ubat yang dibuat terlebih dahulu dibuatnya - yang ternyata dapat menstabilkan kembali DNA manusia-manusia yang mempunyai kuasa-kuasa luar biasa ini."
"Bagaimana dia tahu ubat yang disintesiskannya dahulu lebih baik dari apa yang ada sekarang?"
"Dia telah melakukan eksperimen kepada bapa Fidzan... Dan ternyata ubatnya itu berjaya merubahnya menjadi normal. Halcyon Corp. mahu menggunakan ubat ini nanti untuk mengubah struktur DNA mereka yang didapati mempunyai mutasi agar kembali normal seperti bapa Fidzan."
"Kenapa?"
"Mereka tidak mahu melihat sebarang anomali... Anomali seperti Fidzan dan bapanya adalah satu ancaman kepada mereka. Fikiran mereka tidak dapat dikawal seperti manusia lain yang fikiran mereka dapat dikawal selama ini."
Fahmy menyuakan rambutnya ke belakang. Dia kenal benar dengan latar belakang bapa Fidzan. Segala-galanya tentang bapa Fidzan diketahuinya dari awal sehingga ke akhir - dari Muzaffar tatkala kali pertama mereka bertemu.
Fahmy tahu bahwa bapa Alias bukanlah seorang manusia yang normal. Tidak ada tentang dirinya yang normal.
"Kau perlu beritahu kepada aku apa yang telah ditemuinya apabila dia turun ke tingkat paling bawah Hospital Mentak Sendayu tempohari." Tanya Fahmy kali ini dengan suara yang lebih serius. "Aku perlu tahu apa yang telah dilihatnya sehingga mengganggu fikirannya."
"Masyarakat Kota Sendayu dicengkam oleh fikiran psikosis. Seperti seorang mendapat gangguan paranoid psikotik, mereka akan membahagikan dunia ini kepada dua bahagian yang berasingan - apa yang anggap sebagai suci atau baik dan apa yang mereka kelompokkan sebagai buruk, jahat dan akan sentiasa akan melakukan sesuatu untuk memusnahkan mereka...
"Apa yang telah dilihat pada hari itu adalah sesuatu yang dianggapnya sebagai satu kuasa jahat yang mampu memusnahkan apa sahaja yang dianggapnya baik lagi suci."
"Apa yang telah ditemuinya?"
"Dia telah menemui Zohak..." jawab Muzaffar berterus terang tanpa matanya sedikit pun berkelip apabila dia memberitahu hal ini kepada Fahmy. "Dia telah menemui bapanya di situ!"

Oleh Nizam Zakaria
2.1  Pemerolehan Pengetahuan menurut Pandangan Psikologi Behavioristik
Thorndike, salah seorang penganut paham psikologi behavior (dalam Orton, 1991:39; Resnick, 1981:12), menyatakan bahwa belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R) yang diberikan atas stimulus tersebut.  Pernyataan Thorndike ini didasarkan pada hasil eksperimennya di laboratorium yang menggunakan beberapa jenis hewan seperti kucing, anjing, monyet, dan ayam.  Menurutnya, dari berbagai situasi yang diberikan seekor hewan akan memberikan sejumlah respon, dan tindakan yang dapat terbentuk bergantung pada kekuatan koneksi atau ikatan antara situasi dan respon tertentu.  Kemudian ia menyimpulkan bahwa semua tingkah laku manusia baik pikiran maupun tindakan dapat dianalisis dalam bagian-bagian dari dua struktur yang sederhana, yaitu stimulus dan respon.  Dengan demikian, menurut pandangan ini dasar terjadinya belajar adalah pembentukan asosiasi antara stimulus dan respon.  Oleh karena itu, menurut Hudojo (1990:14) teori Thorndike ini disebut teori asosiasi.
Selanjutnya, Thorndike (dalam Orton, 1991:39-40; Resnick, 1981:13) menge-mukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon ini mengikuti hukum-hukum berikut: (1) Hukum latihan (law of exercise), yaitu apabila asosiasi antara stimulus dan respon sering terjadi, maka asosiasi itu akan terbentuk semakin kuat.  Interpretasi dari hukum ini adalah semakin sering suatu pengetahuan --yang telah terbentuk akibat terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon— dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat; (2) Hukum akibat (law of effect), yaitu apabila asosiasi yang terbentuk antara stimulus dan respon diikuti oleh suatu kepuasan maka asosiasi akan semakin meningkat.  Hal ini berarti (idealnya), jika suatu respon yang diberikan oleh seseorang terhadap suatu stimulus adalah benar dan ia mengetahuinya, maka kepuasan akan tercapai dan asosiasi akan diperkuat. 
Penganut paham psikologi behavior yang lain yaitu Skinner, berpendapat hampir senada dengan hukum akibat dari Thorndike.  Ia mengemukakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan (reinforcement).  Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus—respon akan semakin kuat bila diberi penguatan.  Skinner membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan positif dan penguatan negatif.  Penguatan positif sebagai stimulus, apabila representasinya mengiringi suatu tingkah laku yang cenderung dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu.  Sedangkan penguatan negatif adalah stimulus yang dihilangkan/dihapuskan karena cenderung menguatkan tingkah laku (Bell, 1981:151).
Gagne—yang  disebut Orton (1991:39) sebagai modern neobehaviourists—  membagi belajar dalam delapan jenis, yaitu dimulai dari belajar yang paling sederhana (belajar signal) dilanjutkan pada yang lebih kompleks (belajar S-R, rangkaian S-R, asosiasi verbal, diskriminasi, dan belajar konsep) sampai pada tipe belajar yang lebih tinggi (belajar aturan dan pemecahan masalah).  Namun di dalam praktiknya, kedelapan tipe/jenis belajar tersebut tetap mengacu pada asosiasi stimulus-respon (Bell, 1981:108-123; Hudojo, 1990:25--30).    
Hal tersebut dapat dijelaskan dari pendapat Gagne (dalam Hudojo, 1990:32), bahwa setiap jenis belajar tersebut terjadi dalam empat tahap secara berurutan.  Tahap pertama pemahaman, setelah seseorang yang belajar diberi stimulus, maka ia berusaha untuk memahami karakteristiknya (merespon) kemudian diberi kode (secara mental).  Hasil ini selanjutnya digunakan untuk menguasai stimulus yang diberikan yaitu pada tahap kedua (tahap penguasaan).  Pengetahuan yang diperoleh dari tahap dua selanjutnya disimpan atau diingat, yaitu pada tahap ketiga (tahap pengingatan). Terakhir adalah tahap keempat, yaitu pengungkapan kembali pengetahuan yang telah disimpan pada tahap ketiga.
            Berdasarkan pandangan psikologi behavior di atas, dapat disimpulkan bahwa  pengetahuan seseorang itu diperoleh karena adanya asosiasi (ikatan) yang manunggal antara stimulus dan respon.  Hal ini sejalan dengan pendapat Hudojo (1998:4) bahwa pengetahuan seseorang itu diperoleh dari sekumpulan ikatan stimulus-respon, semakin sering asosiasi ini digunakan apalagi diberi penguatan, maka akan semakin kuat ikatan yang terjadi.  Jika dihubungkan dengan pengetahuan matematika, hal ini berarti semakin sering suatu konsep matematika (pengetahuan) diulangi maka konsep matematika itu akan semakin dikuasai.  Sebagai contoh, apabila seorang anak telah mengetahui bahwa 3 x 4 sama dengan 12, kemudian anak tersebut sering ditanya tentang hal itu, maka ia akan semakin paham dan bahkan secara otomatis dapat menjawab dengan benar apabila ditanya, karena ikatan stimulus yaitu ”3 x 4 “ dengan responnya yaitu “12” akan semakin kuat.

2.2  Pemerolehan Pengetahuan Menurut Pandangan  Psikologi Gestaltik
Psikologi gestalt dikembangkan di Eropa pada sekitar tahun 1920-an.  Psikologi gestalt memperkenalkan suatu pendekatan belajar yang berbeda secara mendasar dengan teori asosiasi (behaviorism).  Teori gestalt dibangun dari data hasil eksperimen yang sebelumnya belum dapat dijelaskan oleh ahli-ahli teori asosiasi.  Meskipun pada awalnya psikologi gestalt hanya dipusatkan pada fenomena yang dapat dirasa, tetapi pada akhirnya difokuskan pada fenomena yang lebih umum, yaitu hakikat belajar dan pemecahan masalah (Resnick & Ford, 1981:129-130).
            Berpikir sebagai fenomena dalam cara manusia belajar, diakui oleh para ahli psikologi gestalt sebagai sesuatu yang penting.  Menurut Kohler (dalam Orton, 1991:89) berpikir bukan hanya proses pengkaitan antara stimulus dan respon, tetapi lebih dari itu yaitu sebagai pengenalan sensasi atau masalah secara keseluruhan yang terorganisir menurut prinsip tertentu.  Katona, seorang ahli psikologi gestalt yang lain, juga tidak sependapat dengan belajar dengan pengkaitan stimulus dan respon.  Berdasarkan hasil penelitiannya ia membuktikan bahwa belajar bukan hanya mengingat sekumpulan prosedur, melainkan juga menyusun kembali informasi sehingga membentuk struktur baru menjadi lebih sederhana (Resnick & Ford, 1981:143-144).     
            Esensi dari teori psikologi gestalt adalah bahwa pikiran (mind) adalah usaha-usaha untuk menginterpretasikan sensasi dan pengalaman-pengalaman yang masuk sebagai keseluruhan yang terorganisir berdasarkan sifat-sifat tertentu dan bukan sebagai kumpulan unit data yang terpisah-pisah (Orton, 1990:89).  Para pengikut gestalt berpendapat bahwa sensasi atau informasi harus dipandang secara menyeluruh, karena bila dipersepsi secara terpisah atau bagian demi bagian maka strukturnya tidak jelas.  Menurut Katona (dalam Resnick& Ford, 1981: 139) penemuan struktur terhadap sensasi atau informasi diperlukan untuk dapat memahaminya dengan tepat.  Untuk lebih memahami uraian di atas, perhatikan ilustrasi pada Gambar 1.

Gambar 1 Konfigurasi Titik
Diadopsi dari Resnick & Ford (1981:130)

Pada setiap gambar di atas terdapat bundaran kosong menunjukkan posisi yang berbeda sesuai dengan konteks (organisasi perseptual).  Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa menurut pandangan gestaltist seseorang yang memperhatikan konfigurasi titik (bulatan) yang terdapat pada setiap gambar (a) sampai (d) tidak hanya sebagai kumpulan titik yang terpisah-pisah, tetapi titik itu teorganisir berdasarkan prinsip tertentu.  Dengan demikian, orang akan memahami setiap gambar itu sebagai kumpulan titik yang secara keseluruhan membentuk; (a) layang-layang (diamond), (b) segiempat, (c) segitiga, dan (d) segidelapan. 
      Jadi, menurut pandangan psikologi gestalt dapat disimpulkan bahwa seseorang memperoleh pengetahuan melalui sensasi atau informasi dengan melihat strukturnya secara  menyeluruh kemudian menyusunnya kembali dalam struktur yang lebih sederhana sehingga lebih mudah dipahami.