Jumat, 16 September 2011

KRITIK ATAS AKAL BUDI MURNI EMANUEL KANT
( Memahami Pikiran Kant Dalam Usaha memperoleh  pengetahuan yang pasti)

I. Pengantar
            Bergulat dengan pemikiran-pemikiran Imanuel Kant berarti masuk ke dalam pertarungan akal budi. Bergulat dalam arti bahwa akal budi harus berhadapan dengan aliran lain yang pada zaman Kant itu sendiri juga ingin menunjukkan eksistensinya sebagai aliran yang memberi sumbangan bagi pengetahuan manusia. Hal ini tentu saja menjadi permasalahan yang sangat serius, karena manusia yang pada intinya sedang dan selalu mencari pemahaman yang benar tentang pengetahuan itu bingung untuk memilih aliran mana yang harus diikuti dan bisa dipercaya kebenarannya.
            Sebagai seorang filsuf yang hidup pada puncak perkembangan abad pencerahan, ada alasan yang kuat mengapa Kant begitu tegar memberikan pengaruh pemikirannya. Pengaruh itu nampak  dalam risalah epistemologi, teologi dan etikanya. Abad pencerahan baginya merupakan awal bagi manusia untuk  mengambil langkah bijaksana dalam mencapai pemikiran yang sempurna dan benar. Karena itu, akal budi yang telah dianugerahkan atas manusia harus difungsikan sebagai sarana yang tepat sasar untuk membunuh serta melenyapkan tipu daya  pengetahuan-pengetahuan palsu. Menurut Kant, akal budi juga sedianya dipakai untuk mempertanyakan segala macam dogma serta dapat membebaskan manusia dari kesetiaan buta pada otoritas.[1]
            Dalam makalah ini, saya mengakui bahwa tidak mudah untuk memasuki dunia berpikir Kant. Argumen filosofisnya yang meskipun tampak ringan untuk dibaca tetapi sulit untuk masuk ke dalam sasaran atau maksud pemikirannya. Schoopenhauer seorang filsuf yang juga sangat mengagumi Kant mengatakan: ”setiap orang akan tetap kanak-kanak sampai ia dapat memahami filsafat Kant”. [2]  Hegel juga dengan jujur mengatakan bahwa ” untuk menjadi fiolsof, orang mula-mula harus menjadi pengikut Kant”.[3]
Mungkin saja apa yang dikatakan kedua filsuf diatas ada benarnya, tetapi apakah memang wajib demikian hukumnya? Saya hanya mencoba memasuki alur berpikir Kant sebisa saya, tanpa harus menjadi seorang Kantisme meskipun memang tak mudah untuk langsung tenggelam di dalam keseluruhan cara berpikirnya. 
            Dalam makalah ini, saya tidak hendak menguraikan secara kronologis  uraian filsafat Kant, mengingat begitu kompleks dan luasnya pemikiran Kant itu sendiri. Uraian yang sedikit merangsang daya pikir saya ialah menyangkut argumen-argumen kritis Kant tentang akal budi murni. Atas dasar apa Kant memunculkan argumen-argumen kritisnya? Apa yang menjadi duduk perkara dalam kritik atas akal budi murni Kant? Apa yang dianjurkan olehnya? Persoalan ini kemudian ditutup dengan kesimpulan dan relevansinya bagi kita saat ini.

II.Kant Dalam Rasionalisme, Empirisme, dan Idealismenya
            Filsafat Emanuel Kant menjadi sebuah pertemuan kritis antara dua kecenderungan manusia yang telah lahir sebelum abad pencerahan yakni rasionalisme dan empirisme.[4] Memang disatu sisi kita akan menemukan bahwa metode pemikiran Kant terlihat begitu dekat dengan dunia ide bahkan mungkin tak bisa terlepas darinya. Argumen ini menjadi keyakinan yang bermula dari sebuah konklusi Kant bahwa adanya Tuhan, kehendak bebas, dan keabadian jiwa  tidak bisa dibuktikan secara teoritis namun perlu diakui bahwa ini murni dari akal budi yakni dunia praktis. Akan tetapi jika kita cermat menelaah pemikirannya tipikal yang nampak   dari metode filsafatnya ialah: ia ingin mencari sintesa yang benar dan jelas dari empirisme dan rasionalisme.
Kant bertolak dari hasil yang nampak dari kekurangmampuan ilmu-ilmu pengetahuan pasti dan eksata sebelumnya untuk mensintesiskan kebenaran-kebenarandari teori mereka. Karena itu, Kant mencoba bekerja dengan metode baru yang berbeda dengan para ilmuwan sebelumnya. Ia menyebut metode untuk mencari asas-asas yang benar dari pengetahuan itu metode induksi.
Kant secara pribadi mempertanyakan kaum rasionalis sebelumnya yang merelativisir empirisme dan menganggapnya tidak memiliki dasar yang kuat untuk mencapai kebenaran. Demikian juga ia mempertanyakan skeptisisme yang berlebihan dari kaum skeptis yang mengatakan bahwa kebenaran akal busi itu relatif. Keberhasilannya dalam mempertemukan kedua aliran diatas membuatnya pantas memperoleh gelar kehormatan, karena bagaimanapun juga filsafatnya telah menjadi pijakan dan dasar  bagi perkembangan filsafat yang muncul setelahnya.
Sebagai seorang filsuf rasionalis-idealis, pertanyan Kant untuk mengetahui tentang absah tidaknya sebuah pengetahuan ( entah pengetahuan  rasional dan empiris) sederhana saja: “apa yang dapat saya ketahui, apa yang seharusnya saya lakukan, dan apa yang bisa saya harapkan[5] ( foot note 1 dari buku fil.modern karangan F. Budi hadirman hal.132).
Dari sinilah Kant mulai mencari dasar  yang kokoh untuk filsafatnya, dimana ia hendak memulai segalanya dari sebuah pencarian akan yang ADA, sehingga filsafatnya disebut transendental karena tidak dapat diteliti sebagai sebuah proses tetapi selalu diandaikan sebagai suatu akibat. Kriteria filsafat yang transendens diterima sebagai sebuah keabsahan apabila kita fokus pada kondisi yang murni dari subjek pengetahuan.
Ilmu pengetahuan bagi Kant bertugas menemukan subjek pengetahuan yang memungkinkan dunia empiris (aposteriori) itu bisa diselidiki. Disini tampak bahwa Kant secara bijaksana  mendamaikan objek dengan subjek pengetahuan itu, meskipun perlu juga diakui bahwa subjek pengetahuan itu tetap diakuinya sebagai yang lebih tinggi.

III. Emanuel Kant dan Keberatannya Akan Dogmatisme dan Skeptisisme Hume dalam Mencapai yang Transendens
            David Hume dan pemikirannya  dalam filsafat Kant memberikan kontribusi yang cukup berpengaruh kuat. Kant sendiri begitu tersentuh dengan paradigma berpikir Hume tentang empirisme yang sungguh mengagumkan. Menurut Kant, Hume akan tetap dikenang oleh semua pemikir karena  empirisme itu berpuncak dalam pemikirannya.            
Kekaguman Kant pada empirisme Hume yang secara sistematis menyempurnakan maksud kaum empirisme yakni mengembalikan seluruh pengerian manusia pada pengalaman. Namun sisi lain dari empirisme Hume yang tak diterima  Kant ialah bahwa Hume menyangsikan kalau manusia dapat mengetahui sesuatu apapun sebagai keseluruhan (termasuk  hakikat dari sesuatu apapun entah itu Tuhan, maupun orang lain).  Hume mengatakan bahwa manusia tak dapat mengetahui apapun sebagai keseluruhan, terutama kita tidak dapat mengetahui hakikat dari sesuatu apapun karena pengetahuan kita adalah terbatas.[6]
Kant  sebagi seorang rasionalis yang  juga menghormati argumen kaum empiris, sebenarnya cukup simpatik dengan metode empiris Hume, namun skeptisisme yang  Hume yang berlebihan membuat Kant tak sepenuhnya percaya pada empirismenya.
Usaha Kant untuk melawan skeptisisme Hume memiliki alasan yang amat rasional bahwa objek mesti menyesuaikan diri dengan manusia yang berlaku sebagai subjek, sehingga pengenalan kita (termasuk akan hal yang transendens ) itu berpusat pada subjek. Karena itu benar tidaknya sebuah ilmu pengetahuan tergantung  subjeknya. Jika subjek mengatakan YA,maka pengetahuan itu akan dapat dengan mudah diperoleh. Tetapi orang skeptis menjawab TIDAK, maka otomatis mereka tak bisa mencapai pengetahuan yang pasti da benar itu.
Bentuk perlawanan Kant atas skeptisisme Hume dalam mencapai pengetahuan yang pasti dalam dunia filsafat dikenal dengan apa yang dinamakan revolusi filsafat. Ia mesejajarkan revolusinya dengan revolusi maha besar Kopernikus dalam dunia astronomi. Kant tidak menyetujui  segala dogmatisme sebelum Kopernikus yang membodohi manusia dengan dogma yang secara terang-terangan bertentangan dengan realitas alam yang sebenarnya. Dogmatisme lama yang berlaku ialah menerima pemahaman bahwa subjeklah yang mengarahkan diri pada objek, padahal yang sebenarnya adalah objeklah yang mendekatkan diri pada subjek. Sehingga subjek menjadi pusat bukan objek. Sebagaimana Kopernikus berusaha meyakinkan manusia atas kesalahan dogmatisme lama dengan teori bumi sebagai pusat alam semesta, maka kant juga amat bersikeras untuk meluruskan pengetahuan manusia bahwa subjeklah yang menjadi pusat bukan objek.  

IV. Duduk Permasalahan Kritik Atas Akal Budi Murni( buku filsafat modern F. Budi hadirman hal. 133)
            Kritisisme Kant memilliki corak yang berbeda dengan corak filsafat modern sebelumnya yang hanya menerima rasio sebagai satu-satunya yang mutlak benar. Materi utama kritisisme Kant ialah tentang teori pengetahuan, etika dan estetika.
Terminologi kritik adalah sebuah terminolgi epistemologis yang bermakna   menyelidiki, mengadili, dan kemudian  memutuskan. Inilah periode yang lahir dari sebuah metode kritik. Terminologi ini muncul tatkala  sebuah keputusan diklaim sebagai keputusan yang paling benar dan otentik sehingga merelatifkan yang lain. Kritik dalam cakrawala berpikir Emanuel Kant  tak hanya berwewenang untuk  memeriksa/menyelidiki, menemukan dan meniadakan kebohongan dari metafisika kuno, tetapi juga yang lebih penting bahwa ia memiliki  tugas untuk membawa prinsip-prinsip  yang menyusun metafisika “sebagai sains” dari  rong-rongan empirisme universal yang karakteristiknya diketahui lebih mengarah ke usaha dan tindakan penghancuran pengetahuan itu sendiri. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kritisisme disini cenderung diterima sebagai filsafat yang mengutamakan penyelidikan dan pengembaraan akan kemampuan serta batas-batas dari rasio, sebelum  manusia memulai sebuah  proses penyelidikan. Ini adalah langkah yang harus diambil sebab manusia tak bisa menerima begitu saja tawaran ajaran dogmatis dari para filsuf sebelumnya, yang metasfisika mereka dinilai oleh Kant tidak sahih dan tidak membawa manusia pada pengetahuan yang pasti.
Inilah makna serta tujuan  dari munculnya terminologi kritik khas Emanuel Kant, yakni untuk menemukan  batasan yang pasti antara metafisika yang asli dan yang palsu.
            Apakah akal budi murni  itu? Murni berarti tak diturunkan atau dijabarkan dari konsep-konsep lain seperti pengalaman  kebanyakan pengetahuan empiris, melainkan orisinil dari  sruktur pengetahuan  subjek sendiri. Pengetahuan yang murni dari akal budi ini disebut Kant sebagai pengetahuan a-priori. Darisinilah diketahui bahwa akal budi murni mempunyai landasan praktis ynag cukup untuk menentukan kehendak, sehingga akan ditemukan hukum-hukum yang sifatnya praktis. Kritik atas akal budi murni membahas ajaran filosofis Kant tentang proses pengetahuan manusia. Pengetahuan selalu merupakan kolaborasi antara unsur pengalaman inderawi dan keaktifan akal budi ( namun perlu diakui bahwa akalbudi sudah ada lebih dahulu dan kemudian diikuti oleh pengalaman inderawi).
Sesungguhnya kita akan kebingungan membedakan antara akal budi murni dan akal budi praktis dari Emanuel Kant, tetapi akal budi murni dapat menjadi akal budi yang praktis sehingga ia tidak lagi terjebak dalam kebohongan pengetahuan seperti yang dirumuskan oleh filsuf-filsuf sebelumnya, karena tujuan Kant yang paling utama ialah membuktikan bahwa akal budi memiliki sifat praktis bukan hanya spekulasi.
Selain itu kant juga ingin memugar objektivitas  dunia ilmu pengetahuan yang cenderung mengidolakan pengetahuan yang satu serta merelatifkan peran yang lain.

V. Kritik Atas Akal Budi Murni: Sebuah proses Epistemologis Menuju Pengetahuan yang Pasti dan Benar ( lihat buku ktitik atas akal budi murni hal.183)
            Kant berorienatsi ditengah-tengah situsi yang waktu itu dikatakan mencapai titik kritis. Kritis artinya menentukan,menentukan eksistensi manusia dan pengetahuannya.[7] ( catatan kaki dari buku filsafat umum dr.ahmad tafsir hal.151). amat wajar jika kita melihat kritik yang ditelorkan Kant jauh lebih rumit daripada apa yang pernah diutarakan Sokrates.
Kant memiliki dedikasi yang tinggi terhadap usaha untuk meyakinkan orang lain terhadap pengetahuan. Pertama-tama,  kant hendak membuktikan bahwa sains itu dapat dipercaya. Teori sains dapat dipegang bila teori itu mempunyai dasar a-priori.[8]( catatan kaki dari buku filsafat umum dr ahmad tafsir hal.153). Berhadapan dengan kebenaran dari sebuah pengetahuan, Kant merasa diri sebagai pahlawan yang harus berjuang untuknya. Ia merasa bahwa banyak yang harus dikatakannya, yang harus ditolaknya, yang mesti ditegakannya, yang harus dibenahinya.[9]( catatan kaki dari buku filsafat umum hal.153).
Terminologi kritik sebenarnya memiliki peran dan tugas yang lebih mulia yakni memberikan penilaian kritis terhadap kesalahpahaman manusia terhadap pengetahuan, membuang kelemahannya, dan mengembangkan sudut pandang yang bisa memajukannya. Dalam mengkaji terminologi kritik ini dalam wilayah filsafat ilmu, Kant memulai dari fakta bahwa dalam pemikiran ilmiah manusia sedang berusaha memperoleh hakikat penegtahuan tentang kebenaran pengetahuan yang real, dan oleh karena itu mempunyai kekuatan yang  dapat dipertanggungjawabkan. Manusia diharapkan untuk berusaha mengembangkan ide-ide yang dimilikinya kepada teori pengetahuan yang pada prinsipnya bisa dinyatakan salah namun dengan pendasaran akal murni yang bekerja secara logis dan benar, bukan  dari data atau pendasaran inderawi semata.
Sebagai pemikir yang mencoba untuk mempertemukan rasionalisme dan empirisme, Kant tidak pernah mengklaim bahwa apa yang datang dari indera itu tak berguna untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang benar. Namun ia juga mengakui bahwa pengetahuan yang mutlak benarnya tidak akan pernah ada bila seluruh pengetahuan datang dari indera, karena empirisme hanya mengatakan apanya, bukan apa yang sesungguhnya. Sehingga empirisme tidak menghasilkan kebenaran umum. Dari sinilah kita dapat mengetahui bahwa pengetahuan berdasarkan pengalaman selalu bersifat seubjektif; subjektifitas itu muncul dari berbagai sumber,dari objek itu dan dari subjek.[10]( catatan kaki dari buku Filsafat umum ahmad tafsir hal.154)
Dari uraian diatas, tampak bahwa perjuangan Kant ialah kebenaran umum harus bebas dari pengalaman, harus jelas dan pasti dengan sendirinya. Kant mempunyai fakta dan dasar yang kuat bahwa pengetahuan yang pasti itu misalnya ditemukan dalam matematika yang tak mungkin ditolak oleh semua orang. Kebenaran yang melekat pada matematika tidak bersifat independensi atau serba ketergantungan pada waktu lampau, sekarang dan  waktu yang akan datang. Ia berbeda dengan  pengetahuan manusia yang lain, yang kebenarannya sewaktu-waktu dapat mengalami perubahan makna dan arti. Kebenaran matematika sifatnya absolut dan tidak dapat diprediksi bahwa suatu saat akan mengalami perubahan.
VI. Penutup
            Filsafat kritis Kant memang masih memainkan peranan yang penting bahkan sampai saat ini. Akan tetapi sebagai rinciannya bahkan strukturnya telah diguncang, kurang mampu menahan hantaman dari kiri dan kanan. Studi- studi modern lebih menyetuui pendapat hume (semua sains, matematika  atau apapun menyangkut pengetahuan manusia relatif kebenarannya) daripada Kant. Namun penolakan ini tidaklah  begitu penting bagi kita saat ini. Bagaimanapun juga, Kant telah menunjukkan proses memperoleh pengetahuan  tanpa batas lewat akal budi. Ia bahkan pernah mengatakan: “saya sudah menetapkan jalan yang pasti.saya ingin belajar, tidak satupun yang dapat menghalangi saya dalam mencapai tujuan itu” [11]. artinya bahwa tak ada seorangpun yang dapat menghalangi kita untuk mengolah akal budi kita sejauh itu digunakan untuk menemukan kebenaran. Sehingga selagi  akal budi itu masih berfungsi pergunakanlah untuk tujuan yang luhur bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk semua orang. ( catatan kaki dari buku filsafat umum)



[1] Ryadi agustinus dalam diktat filsafat barat modern
[2] Tafsir Ahmad Filsafat umum : akal dan hati sejak thales sampai james,( Bandung:
    Remaja  Rosdakarya,1998), hal.151.
[3] Ibid. hal 151
[4] diktat room riyadi hal.66
[5] hadirman Budi , Filsafat modern………………………………………………
[6] Smith Linda ,Rapper William” Ide-ide filsafat agama dulu dan sekarang”, ( Yogyakarta: Kanisius,2000).
[7] Tafsir ahmad Filsafat umum
[8] Ibid, hal. 153
[9]  Tafsir ahmad filsafat umum
[10] Tafsir Ahmad
[11] fasir  ahmad hal.152

Tidak ada komentar:

Posting Komentar