Jumat, 16 September 2011

ALLAH TRITUNGGAL MENURUT MONTFORT

1. Pendahuluan
Trinitaris merupakan misteri kristiani  yang paling mendasar dan mulia. Dikatakan paling mendasar karena merangkum semua misteri kristiani: Misteri Penciptaan, Inkarnasi, Keselamatan, Pengudusan dan akhir zaman. Dikatakan mulia mengungkapkan revalasi diri Allah. Allah menyatakan diriNya dalam hubungan pribadinya dengan setiap manusia sehingga kehidupan manusia dipenuhi dengan cinta Allah. Dan cintaNya terus mengalir kepada setiap ciptaan dan tugas manusia untuk membagikan cinta kepada sesamanya. Manusia adalah bukti cinta Allah Tritunggal
St. Montfort mengalami dan mengajarkan  misteri Allah Tritunggal yang sangat mendalam. Banyak masalah yang timbul dalam teologi ketika berbicara tentang misteri Allah Tritunggal, bagi St. Montfort: Allah Tritunggal tidak dapat dijelaskan dengan mengandalkan akal budi manusia yang sangat terbatas. Misteri Allah tritunggal diluar jangkauan pengelihatan  dan pikiran manusia. Doktrin tentang Allah Tritunggal menggambarkan secara mendalam dimensi Allah yang berasal dari Cinta dan pada saat yang sama dimensi yang mendalam tentang manusia yang merupakan citra Allah Tritunggal serta seluruh ciptaan yang merupakan gambaran dari  persatuan Allah Tritunggal.

2.    Beberapa masalah dalam pendekatan  Allah Tritunggal
Sejarah kristiani telah mengenal Allah Tritunggal dalam dua perpektif utama yaitu rumusan Doktrin dan Arti spiritualitas. Kedua pandangan ini pada dasarnya saling mendukung dan menguatkan satu sama lain tapi sering rumusan doktrin mengabaikan kehidupan iman. Pengajaran hanya berhenti pada rumusan doktrin belaka tanpa membuka pintu bagi pengenalan akan arti spiritualitas. Kesadaran akan misteri Allah Tritunggal, pada awalnya muncul dalam relasi dengan pribadi Yesus Kristus yang adalah Mesias. Dalam diriNya mengungkapkan relasinya dengan Bapa dan Roh Kudus. Kesadaran inipada mulanya dan lama-kelamaan digunakan dalam doa-doa, liturgy, contohnya dalam rumusan baptis.
Pendahuluan dalam InjilYohanes dengan Peristiwa Perjamuan Malam terakhir menjadi dasar terbentuknya doktrin dan spiritualitas Allah Tritunggal. Dan Gereja mulai mengenal dan mempelajari hal ini dalam Teologi tentang Allah Tritunggal. Kemudian muncul banyak ajaran yang menantang. Konsili Nicea (325) dibuat untuk menjawabi ajaran Arian. Dikatakan Kristus adalah Allah secara substansi sama dengan Bapa. Tahun 381 Konsili Kontantinopel mendukung apa yang telah dikataan dalam konsili Nicea dan juga membahas tentang Roh Kudus. Pada konsili ini rumusan Allah Tritunggal menjadi suatu rumusan yang baku. Ini terbukti sampai sekarang ini, misalnya terdapat dalam rumusan misa. Dampak dari kedua konsili ini, dalam pengajaran Gereja lebih memfokuskan diri pada rumusan doktrinal. Setelah beberapa abad sebelum konsili Vatikan II, mulai dilihat kembali untuk tidak hanya terfokus pada rumusan  belaka tetapi melihat lebih mendalam.Tetapi dilain pihak mau mengatakan bahwa doktrin yang dirumuskan lewat kata-kata kemudian menjadi konsep ini menjadi element dasar kristiani yang kemudian mengantar masuk kedalam arti spiritualitas.


3. Latarbelakng Sejarah Arti Spiritual
            Rumusan dalam doktrin menjadi jalan masuk untuk mengenal dan mencari arti sesungguhnya dari spiritualitas Allah Tritunggal. Ketika dilihat lebih jauh,dikatakan rumusan doktrin sejak konsili Nicea lahir dari pengalaman spiritual umat kristiani. Athanasius yang memimpin konsili ini menyatakan komunitas kristiani telah mengalami pengalaman spiritual akan Kristus sebagai Logos. Kristus pada hahekatnya sama seperti Bapa.
            Kebangkitan Kristus dilihat sebagi pengalaman spiritual. Inilah yang menjadi ungkapan iman umat ktristen. Problemnya seperti dikatakan didepan tadi yaitu pada awalnya umat Gereja tetap memisahkan antara rumusan doktrin dan asbtraksi teologi dengan pengalaman spiritual. Kecenderungan pula kadang berpengaruh sampai sekarang ini.
            Di Barat, Agustinus menanggapi ajaran Arian dengan mengatakan bahwa orang kristiani meyakani Bapa, Putera dan Roh Kudus mempunyai satu kodrat dengan tiga pribadi. Relasi ketiganya tak terpisahkan.  Fokus persoalan terletak pada angka tiga dan satu. Ini menjadi perdebatan agar dapat memahami misteri ini. Pada saat yang sama Agustinus menyatakan jiwa yang suci menggambarkan kuasa Trinitaris yang bekerja didalamnya. Agustinus merasa bahwa baginya relasinya dengan Allah Tritunggal lebih intim ketimbang dia berelasi dengan dirinya sendiri. Agustinus mengalami pengalaman mistik dengan Allah.
            Pada Abad XII, teologi Allah Tritunggal dilihat sebagai kesempurnaan cinta. Cinta Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus…….Rickard dari St, Victoria. Allah Tritunggal terwujud dalam Cinta. Kita tidak dapat mengatakan bahwa kesempurnaan cinta ada hanya untuk dirinya sediri tetapi  kesempurnaan itu ada jika mengalir kepada orang yang menanggapi cinta Alla tersebut.  Akhirnya cinta mencapai kesempurnaan dalam persatuan antara tiga pribadi. Dan manusia yang penuh dengan cinta menggambarkan persekutuan cinta Allah Tritunggal.
            Bernard dari Clairvaux menggambarkan dengan bahasa yang sangat memikat dalam syair-syair lagu yang indah. Ia mengatakan bahwa Cinta Allah yang sungguh menggelora kepada manusia dan Cinta menusia kepada Allah. Dia menghubungkan misteri Allah dan cinta manusia. Logos(Kristus sebagai cintaNya). Bernard menggambarkan sebuah perjalanan spiritual yang dimulai dengan cinta, melaui cinta akan mencapai titik puncak persatuan antara jiwa manusia dengan sang cinta itu sendiri. Bapa adalah cinta Putera, cinta antara Bapa dan Putera adalah Roh Kudus.
            Bonaventura, seorang teolog dan tokoh spiritual dinspirasi oleh Fransiskus asisi mengembangkan metafisik cinta kedalam sebuah sistem pengertian yang mendalam tentang Allah Tritunggal. Inilah pernyataan yang menantang: dikatakan Logos sebagai seorang anak jelas akan menunjukan  status yang lebih rendah dari Allah Bapa. Baginya, seluruh metafisika yang menggambarkan keturunan, asal-usul, contoh,  akan disempurnakan dan diterangkan dalam terang spiritual dan dipimpin oleh kenyataan Tertinggi.
            “ Manusia jangan hanya mengandalkan pada segi intelektual tetapi melihat lebih dari intelektual yaitu harus masuk kedalam dan ini akan mengalami realitas yang sesunguh-sungguhnya. Bovaventura memfokuskan pada kesuburan cinta. Kesubura akan ditemukan dari Bapa yang adalah sumber kepenuhan itu sendiri (Fontalias plenitudo). Kesempurnaan cinta terpenuhi dalam diri Putera. Sehingga Putera adalah kesatuan antara Bapa dan Roh Kudus.
            Sejak periode Patristik, seseorang melalui pengertian Boethius melihat Allah sebagai suatu Pribadi dalam suatu relasi natural. Inilah paham individualisme. Pada abad 12 dan 13, para teolog  menyeimbangkan pandangan ini dengan, menyatakan bahwa relasi ketiganya tak terpisahkan. Bagi Thomas Aquinas  secara defenitif melihat ketiga pribadi dalam hubungan yang mendalam. Dan pada abad 12 menunjukan suatu aspek penting yaitu aspek kemanusian Yesus. Persekutuan cinta Allah menjadi sempurna ketika masuk dalam keadaan manusia. Kepenuhan cinta terjadi ketika Allah mengungkapkanNya dengan jalan: Inkarnasi, Penderitaan, Kematian, dan kebangkitan hingga Pengutusa Roh Kudus.

4. Trinitaris Dalam Pandangan St. Montfort: Gambaran umum
Tradisi menjadi satu jalan masuk untuk mengerti pandangan Trinitas Montfort. Para Bapa Gereja sebelumnya telah mengungkapkan pandangan yang sangat menarik tentang hal ini. Tradisi yang melihat Trinitaris yang merupakan misteri yang penuh dengan cinta yang mengalir kepada manusia sepanjang zaman, serta terbentuk dalam suatu rumusan doktrin spekulatif teologi dan pengalaman mistik akan Allah Tritunggal. Misteri Allah Tritunggal merupakan pencarian St. Montfort.. Baginya cinta sebagai pusat yang menggambarkan persatuan Allah Tritunggal. Dan iman merefleksikan kedalaman misteri ini. Dia juga seperti Bapa Gereja lainnya mengungkapkan peran dari masing-masing pribadi -pribadi Bapa, Putera dan Roh Kudus. Ringkasan iman akan Trinitaris ditemukan dalam kantiknya” Prinsip-prinsip mesteri Iman” (Kidung 109:1-2). Bagaimana didalam kantik ini, St. Montfort menggambarkan Allah Tritunggal dalam bentuk sajak-sajak sehingga mudah untuk dinyanyikan dan diingat.
            “Dengarlah hai umat kristiani, apa yang iman ajarkan kepadamu, agar kamu dapat menyimpannya dalam jiwamu. Kidungkanlah dengan tegas: saya percaya akan satu Allah, Bapa yang mahakuasa, penguasa surga dan bumi  yang hadir saat ini.
            “Allah, tiga pribadi, Bapa, Putera dan Roh Kudus. Ketiganya  yang sungguh tak terbatas kebajikaannya. Saya percaya akan Allah, Allah yang telah bersabda. Ketiganya adalah satu Allah yang sehakekat: Bapa, Putera dan Roh Kudus adalah Allah. Semuanya sama secara substansial”.
            Dalam Rahasia Maria dikatakan: “ Bapa….yang menurunkan Anak yang sama seperti diriNya, abadi dan serupa dengan diriNya, yang berasal dari hakekat yang sama sebagai Allah. Roh Kudus yang adalah Allah sama sepertyi diri-Nya. Tiga pribadi hanya satu Allah. Montfort meyakini bahwa ketika kita berdoa rosario, pertama-tama kita menghormati Allah, menghormati Yesus yang adalah Sabda kekal yang sama dengan Bapa-Nya dan yang denganNya menghasilkan Roh Kudus oleh persekutuan cinta Mereka.
            Pusat dari misteri Allah Tritugggal menurut Montfort secara jelas dalam kebiasaannya melihat peran masing-masing dari ketiga pribadi tersebut.dalam teologi Montfort ada tujuh bagian yang menjelaskan peran Allah Tritunggal dalam relasinya dengan Maria.[1] Allah Bapa mengutus Puteranya ke dunia hanya melalui Maria. Putera Allah menjadi anusia untuk keselamatan kita hanya dalam dan melalui Maria. Allah Roh Kudus membentuk Yesus dalam Maria setelah peristiwa Maria diberi kabar.

5. Tritunggal dalam Pandangan Montfort
Montfort mengandaikan trinitas sebagai sebuah misteri cinta. Ia menggambarkan bahwa konsep Allah Tritunggal dapat dimengerti dalam konteks  cinta’. Ada persatuan (relasi) cinta yang hidup diantara ketiga pribadi (Allah Bapa-Allah Putera-Allah Roh Kudus). Allah Bapa diandaikan sebagai Lover, Allah Putera diandaikan sebagai  Beloved, dan Allah Roh Kudus diandaikan sebagai Loving.[2] Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Cinta menjadi dasar pertalian ketiga pribadi tersebut. Konsekuensinya, hakikat cinta yang melekat erat dalam pertalian ini, menjadikan ketiga pribadi tersebut tidak dapat dipisahkan atau dibedakan satu sama lain.

a. Allah Bapa
Montfort menggambarkan Bapa sebagai pribadi pertama dalam trinitas. Terminologi ‘pertama’ ini tidak boleh dimaknai dalam pengertian tingkatan kualitas dan kuantitas diri Allah Bapa yang membawahi kedua pribadi lainnya. Konsep pertama ini harus dimaknai dalam konteks Allah sebagai sumber cinta (rahmat) dalam trinitas.[3] Allah menjadi sumber cinta dalam komunitas kasih[4] yang menjadi tempat huniannya bersama Allah Putera dan Allah Roh Kudus. Dengan demikian, Ia dapat dikatakan sebagai Pencinta atau Lover yang senantiasa mengalirkan cinta-Nya kepada siapa pun.            Inkarnasi[5] dan Penyaliban[6] Putera-Nya dapat menjadi salah satu ekspresi yang paling menakjubkan dari manifestasi cinta-Nya kepada manusia. Ia rela meninggalkan keilahianNya untuk hidup seperti manusia dan mati dengan cara yang sungguh mengenaskan. Inilah ekspresi cinta yang paling mendalam terhadap Putera-Nya dan sekaligus terhadap manusia. Jadi dapat dikatakan bahwa, Cinta menjadi karakter yang sangat mendasar dalam diri Allah ketika dikaitkan dengan relasi trinitas dan relasi dengan manusia.

b. Allah Putera
            Dalam Konteks persatuan cinta-Nya, ia dianggap sebagai ‘Beloved’, yang dicintai oleh Allah Bapa dan Allah Roh Kudus.[7] Montort menggambarkan Putera sebagai buah dada Bapa yang senantiasa meneteki susu kebaikan ilahi.[8] De facto, buah dada -dalam pengertian yang positif- melambangkan sesuatu yang sangat disayangi atau dicintai oleh kaum wanita. Sehingga ketika Montfort melekatkan analogi ini pada Yesus berarti secara tidak langsung ia pun mau mengatakan bahwa Yesus sungguh menjadi pribadi yang sangat dicintai oleh Allah. Hal ini didasari oleh pandangan Montfort sendiri tentang Yesus sebagai Sang Kebijaksanaan. Ia mengatakan bahwa Sang Kebijaksanaan itu adalah karya seni Allah. Inilah yang mendasari persatuan-Nya dengan Allah Bapa.

c.  Allah Roh Kudus
             
Ajaran Montfort  tentang Tritunggal mencakup dua pernyataan pokok Pertama: Allah Roh, hidup bersatu dalam Bapa dan Putra. Ini adalah sebuah relasi cinta yang tak terbatas bersama Bapa dan Putra: “ Kasih yang tak terbatas dari Bapa dan Putra” (BS 36); Roh Kudus dilukiskan seperti ”lidah api” dari cinta Allah Tritunggal.
Kedua, dalam bakti sejati 20-21 melukiskan peran Roh Kudus: Allah Roh Kudus adalah mandul didalam Allah, karena Ia tidak menghasilkan pribadi Ilahi yang lain; tetapi melalui Maria, yang telah diambilNya untuk menjadi mempelai. Ia menjadi subur. Dengan wanita ini, didalam dia, dan dari dia, Roh Kudus telah menghasilkan karya seni-Nya: Allah menjadi manusia. Dengan cara yang sama Ia masih melahirkan setiap hari, sampai akhir zaman, kaum pilihan, yaitu anggota-anggota tubuh dari kepala yang pantas disembah ini. Oleh karena itu: makin didalam satu jiwa Roh Kudus menemukan dalam Maria pengantin-Nya yang tercinta dan tak terpisahkan, makin kuat Roh Kudus berkarya dan berkuasa untuk melahirkan Yesus Kristus didalam jiwa itu dan jiwa itu didalam Yesus Kristus.Bukan maksud kam untuk mengatakan bahwa Perawan tersuci memberi kesuburan kepada Roh Kudus, seakan0akan Dia belum memilikinya. Sebab Roh Kudus sungguh-sungguh Allah, karena itu Dia, sama seperti Bapa dan Putra, sungguh memiliki kesuburan, artinya Dia memiliki kemampuan untuk melahirkan. Hanya Dia tidak mewujudkanNya, karena Dia tidak menghasilkan satu pribadi Ilahi yang lain. Satu-satunya yang kami maksudkan adalah, bahwa Roh Kudus secara mutlak tidak memerlukan perawan suci, tetapi bahwa Dia memang mau menggunakannya supaya melalui perantaraan Maria Ia mewujudkan kesuburanNya, yaitu dengan menghasilkan didalam dia dan melalui dia Yesus Kristus dan anggota-anggotaNya.”St. Montfort mengajarkan juga bahwa Roh Kudus …dalam diriNya samasekali mandul, tetapi diluar diriNya Ia dapat melahirkan anak-anak Allah. Dan dipeliharanya sampai akhir zaman , dan itu terwujud dalam kerjasamaNya dengan Maria.
Montfort mengajarkan bahwa Allah Roh kudus mandul dan tidak menghasilkan pribadi lain jika Ia tidak keluar dari diriNya. Roh Kudus akan menjadi subur diluar diriNya. Menurut Montfort Inkarnasi adalah kehadiran dari Allah sendiri yakni Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Dan persatuan Allah Tritunggal adalah  sebagai suatu komunitas. Montfort terpesona oleh relasi Allah sebagai suatu komunitas kasih. Suatu ajaran yang sangat luar biasa  yang tentu lahir dari kontemplasinya yang amat dalam mengenai misteri Allah Tritunggal.
Dalam Maria Ia memperlihatkan kebesaranNya, menampakkan kekayaanNya dan merasa bahagia. Dan tidak ada tempat disurga atau dibumi dimana kebijaksanaan Abadi memperlihatkan keluhuran begitu besar dan begitu bergembira dari pada dalam diri Maria yang tiada taranya, (CKA 208). Allah memperlihatkan diriNya kepada Maria dan mengundannya dan menariknya untuk mengambil bagian didalam kerjasamaNya dalam menghadirkan Kristus. Dan atas undangan Allah itu disetujui oleh Maria melalui jawaban “YA” nya kepada tawaran Allah. Dan atas pemahamannya ini Montfort mengambil kesimpulan bahwa relasi Roh Kudus dengan Maria adalah  relasi iman yang tak dapat dipisahkan (BS 85). Roh Kudus dalam persatuannya dengan Maria menghasilkan pribadi Yesus.(BS 36).
Menurut Montfort Roh Kudus tak terpisahkan dari Maria. Jika Roh Kudus itu tak terpisah dari Maria maka, Semakin sering kita memandang dalam Maria dalam doa, renungan, karya dan suka duka kita, kalaupun tidak terlalu jelas dan tidak terasakan, setidak-tidaknya secara umum dan tak tampak, maka semakin sempurna kita menemukan Yesus Kristus. Karena Dia selalu bersama Maria: besar, berkuasa, aktif dan tak terpahami, lebih dari segala makhluk disurga atau dialam raya. Tidak benar kalau Maria yang dipenuhi Allah yang seutuhnya menghilang dalam Allah akan menjadi halangan bagi orang-orang yang sempurna untuk sampai kepada persatuan dengan Allah.(BS 135).
Roh Kudus menarik kita agar kita boleh bersatu dengan Allah. Roh Kudus membentuk hati kita agar kita menjadi seperti  Kristus. Dengan menjadi seperti Kristus berarti kita telah mengambil bagian dalam Allah. Untuk sampai kesana sangat sulit tetapi oleh kekuatan Roh Kudus memampukan hati kita untuk tergerak dan membuka diri kepada kehendak Allah. Panggilan menjadi murid Kristus sangat dituntut menjadi seperti para Rasul yang rela diutus kemana saja sesuai gerakan Roh Kudus.  Kerasulan, khususnya ketika kita sampai kepada kepenuhan kebebasan Allah, kita dihantar kepada kepenuhan Kristus melalui Maria yang telah dipenuhi dengan Roh Kudus. Anak-anak Maria akan kikarunia dengan RohNya, untuk “Apabila Roh Kudus mempelai Maria , menemukan Maria dalam satu jiwa, maka Roh Kudus cepat-cepat kesana, menetap disitu dan memberi diriNya secara melimpah kepada jiwa itu. Tepatnya dalam ukuran yang sama dengan tempat yang telah dikosongkan orang itu untuk  mempelaiNya. Hal yang paling utama mengapa Roh Kudus tidak mengadakan keajaiban yang mencolok didalam jiwa-jiwa ialah karena Ia menemukan mereka tidak cukup mesra bersatu dengan mempelaiNya yang setia dan tak terpisahkan (BS 36).

RELEVANSI AJARAN TRITUNGGAL MONTFORT
1.      Dorongan Allah Tritunggal
Pengaruh dari ajaran Montfort bagi kita saat ini adalah mendorong kita untuk mencapai kekudusan dalam Allah Tritunggal. Panggilan menjadi kristiani hendaknya mengantar kita kepada persatuan dengan Allah Tritunggal.
2.      Pengalaman Akan Allah Tritunggal
Pemikiran Montfort sangat bersifat Trinitaris, bukan terbatas pada ide abstrak semata. Ajaran Montfort mengajak orang kristiani untuk memahami lebih mendalam Allah Tritunggal khususnya melalui pengalaman mistik bersamaNya.
3.      Dimensi perutusan
Menurut Montfort, peristiwa inkarnasi merupakan dasar “perutusan”. Hal ini bagi Montfort sangat mistik. Keutuhan untuk dibentuk menjadi rasul Allah bergantung dari pengetahuan dan pengalaman kita akan Allah Tritunggal sebagai sumber dan tujuan pewartaan kerajaan Allah.
4.   Dimensi Maria
St. Montfort tak hentinya mengajarkan kepada kita mengenai peran Maria dalam ciptaan Tritunggal. Montfort secara tegas mengajarkan kepada kita bahwa jika iman kita lemah, kita tidak akan tinggal tinggal bersama Allah, oleh karena kita tidak bersatu dengan  Maria. Maka syarat untuk sampai pada persatuan dengan Allah adalah harus terlebih dahulu bersatu dengan Maria.
4.      Pengertian dalam  berkomunitas
Ajaran Montfort tentang Allah Tritunggal sebagai suatu cara agar kita memahami sungguh-sungguh suatu komunitas, bukan hanya untuk menuntut suatu relasi cinta tetapi juga mengakui bahwa manusia sebagai hasil ciptaanNya.



 Oleh: Maksi

Anar

Trian


[1] Lihat. BS. 4,5,6,16, 17-21, 23-25, 29-36.
[2] Sedes Sapientiae 3,  Malang: Seminari Pondok Kebijaksanaan, Januari, 2007, hal. 31
[3] bdk. RM. 9
[4] Komunitas kasih merupakan sebuah konsekuensi dari persatuan (relasi) cinta diantara ketiga pribadi tersebut
[5] bdk. Hymne. 7:31, 27:1, 13:20
[6] bdk. Hymne. 98:1
[7] Bdk. CKA. 118
[8]  Jesus Living in Mary, hal. 1184 (bdk. CKA 10)

1 komentar:

  1. Shalom saudara-saudari Kristen. Sudah ada yang pernah mendengar tentang Shema Yisrael? Ini adalah kalimat pengakuan iman orang Yahudi yang biasa diucapkan pada setiap ibadah mereka baik itu di rumah ibadat atau sinagoga maupun di rumah. Yesus juga menggunakan Shema untuk menjawab pertanyaan dari seorang ahli Taurat mengenai hukum yang utama. Kita dapat baca di Ulangan 6 ayat 4 dan Injil Markus 12 ayat 29. Dengan mengucapkan Shema, orang Yahudi mengakui bahwa YHWH ( Adonai ) Elohim itu esa dan berdaulat dalam kehidupan mereka. Berikut teks Shema Yisrael tersebut dalam huruf Ibrani ( dibaca dari kanan ke kiri seperti huruf Arab ) beserta cara mengucapkannya πŸ‘‡πŸ»

    Teks Ibrani Ulangan 6 ayat 4 : " שמג Χ™Χ©Χ¨ΧΧœ Χ™Χ”Χ•Χ” ΧΧœΧ”Χ™Χ Χ• Χ™Χ”Χ•Χ” אחד "

    Cara mengucapkannya : " Shema Yisrael YHWH ( Adonai ) Eloheinu YHWH ( Adonai ) ekhad "

    Lalu berdasarkan halakha/ tradisi, diucapkan juga berkat: " Χ‘Χ¨Χ•Χš שם Χ›Χ‘Χ•Χ“ ΧžΧœΧ›Χ•ΧͺΧ• ΧœΧ’Χ•ΧœΧ Χ•Χ’Χ“ " ( barukh Shem kevod malkuto le'olam va'ed ) yang artinya diberkatilah nama yang mulia kerajaanNya untuk selama-lamanya. אמן/ Amin🀲🏻
    Χ©πŸ•Ž⁦✡️⁩πŸŸπŸ“œπŸ––πŸ»πŸ•πŸ—Ί️πŸ•Š️πŸŒΎπŸ‡πŸŽπŸπŸ₯›πŸ―🍷

    BalasHapus