Jumat, 14 Oktober 2011

RITUS SU’I UWI MASYARAKAT BUDAYA NGADA DALAM DIALOGNYA DENGAN PEMAHAMAN EKARISTI MENURUT THOMAS AQUINAS
                                    (Apolinaris Dari Bani, SMM)

            Upacara Reba merupakan upacara terbesar dan terakbar yang dirayakan oleh masyarakat suku Ngada pada umumnya. Acara ini biasanya dirayakan secara berturut-turut selama delapan hari. Pada hari-hari ini, masyarakat setempat biasanya tidak banyak melakukan aktivitas kerja seperti pergi ke ladang atau sawah. Bagi mereka saat ini merupakan momentum penting selain sebagai saat berkumpul bersama keluarga juga dilihat sebagai upacara syukuran atas segala hasil panen, perlindungan atas marabahaya dan cobaan serta syukuran atas kesuburan yang dicurahkan oleh “Ema Dewa”(Wujud Tertinggi)..
            Dari seluruh rangkaian upacara itu, ritus Su’i Uwi merupakan ritus pusat dan puncak dari seluruh rangkaian upacara akbar tersebut. Upacara ini ditandai dengan persembahan umbian-umbian (Uwi) yang terbaik kepada dewa tertinggi (Ema dewa). Umbi-umbian (uwi) ini diyakini oleh masyarakat Ngada sebagai suatu jenis makanan yang secara langsung diberikan oleh Dewa Tertinggi kepada nenek moyang mereka. Dari umbian (uwi) inilah, tumbuhlah jenis makanan lain seperti padi, jagung, sayur-sayuran dan sebagainya. Untuk itulah, sebagai persembahan kepada yang ilahi, masyarakat Ngada mempersembahkan Uwi yang terbaik dan tanpa cacat kepada Ema Dewa Untuk itulah, dapat dikatakan bahwa Uwi melambangkan dan sekaligus mengenangkan masyarakat Ngada akan berkat dari Yang Ilahi serta ucapan syukur atas segala karunia yang diterima.
            Pada kesempatan ini, selain melihat makna dari ritus Su’i Uwi sebagai ritus sentral dan puncak dalam upacara Reba ini, penulis juga melihat kemungkinan akan adanya dialog antara ritus Su’I Uwi dengan makna Ekaristi dalam persepktif Thomas Aquinas khususnya menyorotinya dari segi simbolisasi sebagai tanda (saksramen) kehadiran Allah. Dilihat dari aspek  berkat yang berlimpah dari Tuhan, sebagai perjamuan syukur dan permohonan. Kedua ritus ini juga hendak menegegaskan dimensi kesatuan dan keselamatan bagi umat. Keselamatan hendak mengatakan bahwa tujuan akhir hidup manusia terarah kepada kebersatuan dengan Yang Ilahi. Untuk itulah, selama hidup, manusia harus selalu membangun relasi yang baik dengan Yang Ilahi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar